Jumat, 21 Desember 2007

Nothing happier than....

Ada beberapa falsafah hidup manusia yang mungkin orang punya masing masing persepsi. Saya pernah mendengar dari Cak Nurcholis Majid sewaktu beliau ceramah di kantor saya beberapa tahun yang lalu. Ketika ditanya ; ” apa sih tujuan manusia hidup di dunia”, dia menjawab singkat ”...pulang”, Kita didunia ini hanya sementara dan tujuan kita adalah pulang ke akhirat yang kekal, tentunya kita mengharapkan dan berusaha untuk dapat ’pulang’ dengan kondisi (kualitas pulang) yang terbaik.
Ada juga teman saya yang semi scientist berkata bahwa ; instink manusia di muka bumi ini seperti mahluk Tuhan lainnya adalah ber reproduksi, dan berusaha menjamin keberlangsungan keturunannya, jadi istilahnya; orang itu bersusah payah dalam berkehidupan adalah untuk anak2 (keturunan) mereka.

Nothing happier than seeing your children smile…, dari si anak itu masih kecil , dewasa, sampai tua sekalipun.

Nah dari hal tersebut di atas, dan kebetulan sekali dihari Idul Adha ini, mari coba kita renungkan peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim a.s. dan putranya Ismail. Bukankah hal yang mereka alami adalah suatu peristiwa yang luar biasa. Seorang anak yang sudah lama dinantikan kehadirannya oleh sang ayah, ketika beranjak remaja, diminta untuk dikurbankan oleh Allah Swt.
Keraguan sang ayah dijawab dengan keihlasan total oleh anaknya. Betapa mencekamnya keadaan pada saat itu. Dan kita semua tahu akhir dari peristiwa itu, bahwa dinding ketaqwaan serta dalamnya samudra keihlasan menjawab semua cobaan dan tantangan tersebut. Kita ingin ’pulang’ dengan kualitas yang terbaik, tidak ada cinta terbesar kepada sesuatu apapun dimuka bumi ini yang boleh melebihi cinta kita terhadap Allah Swt.

’Tidak sampai darah dan daging hewan yang engkau qurbankan kepadaKu kecuali taqwamu..’ demikian firmanNya
.

2 komentar:

Nurantoro mengatakan...

Jangan lupa arti dasar dari profesional. Bukankah artinya kita melakukan kerja kita untuk mencari nafkah. Kita pertanggungjawabkan mutu , biaya dan waktu sesuai dengan kontrak kita. Seseorang yang profesional selalu ada harganya. Makin profesional akan semakin tinggi nilainya. Tidak bisa asal mencap seseorang tidak profesional. Itu namanya judgement asbun. Orang yang ngomong biasanya ngomong doang untuk kepentingannya yang tersembunyi. Iseng-iseng saja bunyi, siapa tahu orang yang diomongin tidak tahan dan akan terpancing dan jual murah dirinya.

Anonim mengatakan...

wah komentarnya masuk di topik yang salah, but it's OK saya akan posting mengenai pro vs non pro