Kamis, 20 November 2008

Madura

Sebentar lagi Pulau yang berada si sebelah Timur kota Surabaya ini akan dihubungkan dengan sebuah jembatan terpanjang di Indonesia.
Jembatan Suramadu yang merupakan "cable stayed Bridge" telah dimulai pembangunannya sejak 4 tahun lalu diharapkan bisa dilewati lalu lintas dibulan April 2009, sampai dengan saat ini progress fisik pembangunan Jembatan telah mencapai 87,22% (Silakan lihat diwebsite ini). Jembatan yang mempunyai panjang 5,4 km ini nantinya akan menjadi jembatan Tol pertama yang menyeberangi laut.

Proyek Jembatan Tol ini secara finansial tampaknya tidak feasible, tetapi akan menjadi penting artinya apabila dilihat secara ekonomi dan sosial, sepertinya proyek ini mempunyai nilai tersendiri.

Dan perlu diamati pula pola pengembangan daerah di Pulau Madura apakah daya dukung alamnya mampu berkolaborasi dengan kepentingan pengembangan investasi industri atau infrastruktur lainnya.
Beberapa waktu yang lalu saya sempat mampir ke Pulau Madura dan juga sempat melewati sebagian dari Proyek Suramadu.

Tidak cuma sekedar melihat bagaimana Suramadu dibangun, di Madura saya juga sempat melihat Karapan Sapi “in live mode”, bukan main... Banyak hal yang belum terungkap mengenai kekhasan Madura dan segala kulturnya.
Ini beberapa cerita bergambar yang ingin disharing..

Suramadu :



Dari tengah jembatan mengarah ke Selatan (Surabaya cause way)






Berdiri di atas Pier 36 (diujung yang baru saja jadi), ke arah Utara (Madura), tampak pengerjaan Pier Pier selanjutnya di tengah laut




Dari Selat Madura

Karapan Sapi :


Tari Pecut, sebelum "the Race" dilakukan, look at the crowd , meskipun akan hujan penonton tetap setia.





Ini jagoan saya sebelum bertanding



Ternyata jago saya kalah tipis




Pengisi perut sambil menunggu waktu tanding berikutnya, untuk mempersiapkan sebelum start nampaknya cukup membutuhkan waktu yang lama









Tahunya mminginii, tapi perut perlu diasuransikan











Ternyata "Bebek" lebih unggul di garis finish






The Perfect House

Pada bagian acara Konferensi JTC ke 10 di Surabaya ada kunjungan wisata yang diprogramkan, salah satunya adalah kunjungan ke “House of Sampoerna” atau “The Perfect House” in English. Kalau sejarah berdirinya Kerajaan Rokok beserta situs ( The House nya) tentu dapat dilihat di website ini , yang menurut saya menjadi istimewa ialah bagaimana Perusahaan rokok ini bisa berkiprah di masyarakat (barangkali istilah ngetrendnya adalah Corporate Social Responsibility), di Museum itu kita bisa lihat dari seonggok tembakau bisa berkontribusi dalam kemajuan masyarakat dibidang Pendidikan ( Sampoerna Foundation), bidang Seni dan Olahraga (misalnya mendanai program Musik dan event Olahraga), selain tentunya menyediakan lapangan kerja, serta kontribusi pajak.

Tapi tentunya saya gak bisa komentar tentang kontribusinya di bidang kesehatan masyarakat.. he...he
Di dalam postingan ini saya hanya mau share gambar untuk memento saja


Dari sini semua berawal (tembakau)



Pekerja yang sangat terampil dan disiplin sedang melinting rokok


Hasil lintingan dikumpulkan



This is what they look from distance, sangat seragam dan memberi kesan unik pada gerakan mereka yang seperti mesin



House of Sampoerna terdiri dari Museum, Gallery,dan Cafe selain tentu saja bagian pembuatan Rokok sebagai exhibition. Semua tentu saja bernuansa Sampoerna, bahkan terlihat pada Ornamen di Toilet.

Tanggung Jawab Intelektual ?

Salah satu tanggung jawab orang yang intelek (berpendidikan) adalah melakukan seminar... benarkah ?. Because that’s one of the way to learn, to compare and to change... is it right ?.aaah belum tentu kali yaaa... apakah orang yang berpendidikan harus seminar atau orang yang seminar harus berpendidikan atau orang bisa jadi lebih berpendidikan kalau ikut seminar.. bingung kan ?

Terserah deh bener atau nggak, tetapi secara umum manusia memerlukan wahana interaksi yang dalam ukuran budaya kekinian disebut dengan seminar atau konperensi.

Nah kebetulan beberapa waktu lalu pada saat kita memperingati hari Pahlawan ke 63 di Surabaya saya ikut seminar didalam suatu konperensi. Yaah seperti biasa disitu ada beberapa paper yang disajikan, didiskusikan, tanya jawab dan di resume dalam suatu ringkasan. Konperensinya bertajuk 10 th Joint Technical Conference (JTC 10) dengan Topik pembahasan Public Involvement in Toll Road Development, kebayang kan ? pesertanya operator dan regulator jalan Tol dari 6 negara (Jepang, China, Korea Selatan, Malaysia, Thailand dan Indonesia).


Dan ternyata dari isi makalah yang disajikan, ada negara yang membuat public involvement dengan very regulated (mungkin malah over regulated) tetapi susah dipraktekin, sementara ada di negara lain yang regulasinya biasa saja, tetapi praktek dilapangannya lebih dapat diterima oleh masyarakat.

Yaaah ada manfaatnya untuk saling sharing dalam senang dan susah nya untuk jadi pengelola atau regulator Jalan Tol.


Rabu, 05 November 2008

Untung bukan orang Ozie


Ucapan Selamat datang dan salut untuk Pangeran Charles dari Inggris yang datang ke Indonesia. Kunjungan beliau beberapa hari yang lalu menurut saya sangat istimewa dilakukan oleh seorang negarawan sekaligus seorang Pangeran.

Untung saja beliau bukan warga negara Australia (meskipun Australia adalah salah satu negara Commonwealth).
Kalau beliau warga negara Australia tentunya dia tidak akan datang ke Indonesia karena Pemerintah Australia memberikan travel warning kepada warganya untuk tidak ke Indonesia.

Padahal boleh dibilang Inggris Raya adalah embahnya Australia, terus kamsudnya Pemerintah Ozie apa siih ?.
Charles bahkan berkunjung ke Borobudur, Pesantren dan lingkungan konservasi hutan, hebat kan.

Mudah mudahan datangnya Sang Pangeran bisa menjawab bahwa Indonesia baek baek saja kok, meskipun kerusuhan akibat ketidak puasan Pilkada ada dimana mana (lho ini kan cirinya Demokrasi toh.!)


gambar dari ANTARA/Anis Efizudin

OBAMMA MIA....

Lagi musimnya Pemilihan, semua dikaitkan dengan election, vote, pilkada, pemilu.
Pilkada disana sini dinegeri ini, dan Pemilu di USA.

Pemilihan di negara embahnya Demokrasi (katanya) paling ditunggu hasilnya, dari pengamat politik, pengamat ekonomi, sampai sampai mungkin bebotoh perjudian semua mengikuti beritanya, ikut memberi komentar ikut merasa memiliki Vote 2008 di Amrik sana.

Barrack Obama Calon Presiden yang mengusung issue CHANGE menghangatkan "Obamania" yang terjadi di mana mana bahkan di luar USA sekalipun.
Nah ternyata siang ini (WIB) Obama dipastikan menjadi elected President. He will be the 44th, and the first black President in the country.


Pada pidato pertamanya dia bilang bahwa dinegaranya yang Demokrasi, segalanya mungkin terjadi.

Apakah memang USA adalah eyangnya Demokrasi di dunia ?.

Setahu saya dari 43 Presiden yang memimpin bangsa itu, belum pernah ada wanita yang menjadi Presiden.
Dinegara lain sudah banyak yang berpengalaman memiliki Kepala Pemerintahan wanita bahkan di negara yang “dianggap” developing countries dan tidak demokratis pernah memiliki Kepala Pemerintahan wanita (Indonesia, Pakistan, India, Srilanka dsb.).
Disini ada quota 30 % untuk Caleg wanita, disana ada gak ya ? dan kalau saya gak keliru , di Amerika hak pilih untuk wanita disyahkan di tahun 1920.

Cara Pemilihannya juga pakai azas electoral votes di negara bagian masing masing. Masih mendingan di kita yang setiap satu suara dihitung langsung.
Bahkan di Indonesia kita pernah memiliki Presiden yang sangat kurang indera penglihatannya.

OK lah saya bukan politikus, gak tahu mana yang lebih demokrasi, yang jelas Obama punya hubungan tersendiri dengan Indonesia karena dia pernah “jadi orang Indonesia", bersekolah di Indonesia.


Saya jadi bangga dan semakin percaya dengan sistem pendidikan di Indonesia. Obama baru sekolah 4 tahun saja (Sekolah Dasar belum tamat ) di Indonesia sudah bisa jadi Presiden Amerika, apalagi kalau sekolahnya sampai S1 atau S2 di Indonesia yaaa?...he..he

Selamat deh untuk Barry .... OOBAMMA MIA

Senin, 03 November 2008

Komentar Tol

Selagi saya di Surabaya setelah melihat ke Porong dan Gempol saya kembali ke arah Surabaya.
Berhenti sejenak di Tempat Istirahat di Km 25 (saya kira tempat istirahat ini baru dan belum di buka secara keseluruhan), saya melihat rambu mengenai salah satu pelayanan di tempat istirahat itu. Maksudnya ada tempat mandi air dingin dan air hangat, tapi nggak tahu deh apa maksudnya mandinya boleh bercampur Women dan Men seperti di gambar rambu tersebut.



Dari tempat istirahat kemudian perjalanan di teruskan ke arah Surabaya menuju Bandara Juanda. Naaah sempat melewati Jalan Tol dari Waru ke Bandara Juanda yang juga masih baru kinyis kinyis.Nah lo, di jalan tol yang dibangun trilyunan Rupiah itu saya sempat mengabadikan “kekosongan” prasarana tersebut. Laah lantas prasarana sebagus indah, dan mahal itu kita bangun untuk siapa yaaa?. Level of Utility nya rendah banget, atau salah prediksi kah ?

Jalan Tol Waru Bandara Juanda

Porong Gempol (2)

Beberapa Bulan yang lalu saya sempat posting Porong Gempol, dan minggu lalu tanggal 30 Oktober 2008 saya kembali diberi kesempatan untuk melihat daerah yang terkena limpasan Lumpur Sidoarjo (LUSI) yang juga terkenal dengan nama “Lumpur Lapindo”. Tampaknya tidak banyak tulisan yang akan diposting, saya kira beberapa gambar akan lebih jujur mewakili hal hal yang “tidak pernah terbayangkan” oleh masyarakat yang terkena dampak kejadian tersebut.

Foto diambil dari jalan tol Km 37 + 200 tepatnya di atas ex (bekas ) jembatan (overpass) Porong mengarah ke Selatan. Overpass Porong ini (dahulunya) melintas di atas Jalan arteri Propinsi yang menghubungkan Surabaya ke daerah di Selatan (Gempol). Kini overpass ini telah dibongkar untuk mencegah kemungkinan rubuh akibat semakin meluasnya gempuran LUSI. Di latar belakang tampak asap mengepul yang merupakan lokasi pusat semburan lumpur.




Foto diambil diujung overpass yang telah dibongkar tampak masih terlihat bekas pier overpass, dan terlihat juga arus lalu lintas di jalan arteri Propinsi dan juga kereta api yang “hanya” berada beberapa puluh meter saja dari tepi tanggul setinggi lebih kurang 15 meteran.





Tampak lautan lumpur diantara tanggul luar (di latar depan) dengan tanggul dalam (di dekat pusat semburan).






Dari atas ex overpass tampak keadaan lalu lintas di arteri dan di latar belakang terlihat pula di atas tanggul banyak masyarakat luar daerah yang ingin melihat ke lautan lumpur (wisata lumpur?).




Saya kemudian berjalan ke arah lebih Selatan lagi tepatnya di atas Jembatan Kali Porong ( juga di bekas jalan tol Surabaya – Gempol). Dan melihat pemandangan yang sangat kontras antara Kali Porong di sebelah hulu dengan di sebelah hilir dari atas jembatan tersebut.




Kali porong di sebelah Hulu dari atas jembatan kali Porong.




Kali Porong di sebelah Hilir, dimana tampak banyaknya endapan LUSI yang dipompakan ke kali tersebut. Terlihat beberapa backhoe sedang bekerja mengeruk dan mengangkat endapan lumpur dari sungai (sampai kapan ya mereka melalukan itu ..?).





Tampak satu dari beberapa “outlet” aliran lumpur Lapindo alias LUSI yang dipompakan ke kali Porong melalui pipa pipa besar.


Prihatin, prihatin, prihatin melihat semua itu, bencana kemanusiaan, bencana lingkungan sangat jelas di depan mata (cetho welo welo..). Jangan tanya siapa yang bertanggung jawab atas tragedi ini dan juga yang bertanggung jawab atas penanggulangannya, wong belum lama ini juga di Cape Town, Afrika Selatan, hasil Seminar tentang Musibah ini kok malah di voting (gak ilmiah babar blasss.. lihat TEMPO 9 November) oleh American Association of Petroleum Geology (AAPG).


Masih ke sebelah Selatan lagi terlihat di ujung jalan tol Surabaya – Gempol masih berdiri Gerbang Tol beserta gardu gardu tol nya yang sudah tidak beroperasi lagi. Entah berapa potensi kerugian yang dipikul oleh Operator Jalan Tol ini (Jasa Marga) karena tidak dapat dioperasikannya ruas tersebut, asset asset operasinya, bangunan gedung dan peralatannya, tenaga kerja “idle” yang harus ditanggung.


(Bekas) Gerbang Tol Gempol.
Sampai kapaaaan...