Sabtu, 27 September 2008

So Hot

Saya membayangkan kalau Indonesia bisa menciptakan suatu alat yang dapat mengukur SPI ( bukan Satuan Pengawasan Intern, tetapi : Standar Pedas Indonesia).
Ya, bagaimana kalau kita bisa mempunyai lidah (atau mungkin rongga mulut) artificial yang dapat mengukur derajat “kePedasan” suatu unsur yang masuk kedalam mulut ?.

Kalau alat pengukur SPI (Standar Pedas Indonesia) tersebut sudah dapat di buat, dapat dibayangkan kegunaannya untuk kita :

Akan memudahkan kita kalau sedang memesan makanan ( sering kita memesan gado gado ditanya ; pedas atau sedang tanpa ukuran yang jelas). Turis asing juga nggak akan kecele dengan pernyataan si tukang masak.

Akan lebih mudah membuat masakan Indonesia Go Internasional, karena standar pedas (spicy) sudah dapat diukur.

Variasi pedas juga sebisanya dapat di kategorikan dari sumber pedasnya : cabai merah, rawit, hijau, merica atau kombinasi.

Pernyataan saya ini tentunya bisa dianggap bercanda, tapi coba direnungkan deh, pasti banyak manfaatnya.

Suatu kali nanti saya bisa makan ketoprak Ciragil sambil bilang : “ Bu minta ketoprak 2 porsi, pedasnya 3 SPI yaaa..”


Selasa, 23 September 2008

So Complicated

Minggu yang lalu saya dapat pinjaman DVD Live show nya Genesis pada waktu Europe Reunion Tour tahun 2007 ( Genesis 2007 reunion tour, Live over Europe) di Roma Italia.
“When in Rome 2007” demikian tajuk DVD tersebut adalah aksi mereka di penghujung Tour ke 22 kota di daratan Eropa (Roma adalah kota terakhir), diperkirakan 500.000 penonton yang menyaksikan aksi panggung dan reunian anggota Band tersebut di Italia (Rome’s Circo Massimo). Kalau saja ongkos ke Eropa itu terjangkau, maka saya pasti menjadi salah satu penonton mereka.

Saya nggak mau cerita tentang musikalitas dari Genesis yang menjadi Band Progresive favorite saya sejak tahun 70’ an, untuk hal ini silahkan melihatnya di banyak website ataupun sumber referensi lain. Yang ingin saya tampilkan justru bagaimana mereka mempersiapkan perhelatan besar ini,. this was definitely something huge.. and very complicated event to be managed.

Didalam paket yang berisi 3 keping DVD yang total berdurasi 5,5 jam ini, salah satu disknya berisi tentang Tour Programme plus extra concert ( dinamain Documentary; Come Rain or Shine ) yang kurang lebih menampakkan kegiatan sejak persiapan sampai akhir konser di belakang layar, ini yang sangat menarik.
Bayangkan saja, dimulai dari konsep besar suatu konser Reunion ( Phil Collins dengan Band intinya) yang sudah 15 tahun tahun terakhir baru terjadi lagi, sampai dengan masalah detail yang sepele dapat ter record dengan baik.
Dari bagaimana mereka memilih konsep disain panggung yang memiliki ..the biggest LCD screen ever.. dengan disain lighting yang modern contemporary (malah pakai mercon sreeng/kembang api segala), sampai dengan bagaimana Phil Collins menghendaki dua buah kursi Bar (belinya juga nyuruh asistennya keMakro) yang mengeluarkan bunyi tertentu untuk digebuk bersama Chester Thompson.
Ada lagi cerita balik panggung dimana sampai dengan rehearsal terakhir (sehari sebelum konser pertama) baru mereka dapat mengatasi ketegangan mensinkronkan gambar di screen dengan lagu/musik nya. Ternyata kecanggihan IT (video engineering) kalau dipadukan dengan ‘art’ dalam hal ini musik masih memerlukan peran kepekaan manusia. Pada akhirnya mereka memerlukan “Push-Button Man” yaitu orang yang bertugas memencet button di komputernya, supaya gambar yang keluar di screen yang canggih bisa cocok dengan lagu/musik yang terdengar (padahal tampaknya petugas tersebut ya wong namanya assisten video engineer agak kurang ngerti musik/lagu nya Genesis, wah benar benar critical sekali pada saat itu).
Dalam potongan video lain tampak diskusi yang serius tentang apakah mereka akan menggunakan chord G Mayor atau G dim pada lagu Firth of Fifth.

Intinya adalah bahwa konser besar ini memerlukan persiapan yang sangat complicated. Meskipun mereka mempunyai Production management dan Tour management dengan team yang sangat profesional, tetap saja masalah kondisi akhir di lapangan ada saja masalah yang timbul (bayangin saja kalau sebelum main hujan turun, seluruh sambungan kabel mesti di semprot dryer, dan banyak masalah kecil lainnya)

Penampilan mereka sendiri, cukup standar, biasa saja, karena memang juga mungkin sudah terlalu lelah keliling di 22 kota ( dan tentu juga mereka kan sudah dimakan usia). Sebagian besar lagu yang dibawakan merupakan lagu mereka dari periode di ats tahun 1975 an (era nya Collins).

Line up:
Dukes intro, Turn it On Again, No Son of Mine, Land of confusion, In the Cage medley, Afterglow, Hold on my Heart, Home By theSea, Follow You Follow Me, Firth of Fifth, Ripples, Throwong it All Away, Domino, Los Endos, Tonight Tonight, Invisible touch, I Can’t dance, Carpet Crawler

Selasa, 16 September 2008

Frenemy

Beberapa waktu yang lalu saya sempat melihat ada artikel mengenai Frenemy di MSN, karena tertarik saya lalu mencoba browsing mengenai 'kata' tersebut.

Frenemy or frienemy is someone who pretends to be your friend, but is really your enemy, itu penjelasan singkatnya. Untuk penjelasan panjangnya (menurut Wikipedia). .. Is a friend and enemy which can refer to either an enemy disguised as a friend or to partner that simultaneously a competitor; relationships involving ; people, politics and international relationships or commercial relatioship between companies.

Tengoklah kesekeliling kita dalam kawasan lingkungan kita, banyak tidak contoh yang seperti ini (atau mungkin diri kita sendiri yang berperan sebagai frenemy untuk orang lain.. he..he Wallahualam). Tapi (katanya..) frenemy harus ‘dipelihara’, orang bilang .. Keep your friends close, .. keep your frenemies even closer .
Saya jadi ingat sama Tom & Jerry, tiap kali selalu bermusuhan, tapi sering juga jadi sahabat (kalau punya kepentingan yang sama..), untuk survive seringkali kita harus mengubah perseteruan menjadi persekutuan.
(thanks to Tom & Jerry website)

So I’ve told you

Baru beberapa waktu saya posting (so embarrassing ), eeeeh ..kemarin tanggal 15 September 2008, Majalah berita mingguan TEMPO menurunkan berita bertopik “Pesta Cek di Senayan”, mengaku sajalah… demikian pokok beritanya.

Bener kan kalau saja kita punya alat yang canggih itu, nggak perlu berlama lama untuk saling tuduh dan saling memungkiri mumpung bulan Ramadhan niih .. bulan yang penuh ampunan.
Saya tetap berharap ada ahli fisika, dan ahli psikologi atau ahli lainnya yang dapat menemukan peralatan "lie detector" yang andal tersebut

Kamis, 11 September 2008

So embarrassing

Kuncung : Wuk peralatan atau mesin apa yang saat ini paling dibutuhkan oleh Republik ini ?

Bawuk : Wah apa yaaa..?, apa bukan mesin pencari deposit minyak bumi ?

Kuncung : Bukan Wuk, juga bukan traktor bukan mesin pembuat uang. Tidak lain tidak bukan adalah ”Lie detector” alias alat deteksi kebohongan.
Bukan yang seperti Lie detector yang model sekarang, tapi yang benar benar andal, sedemikian andal sehingga dapat merekam memori, dan keinginan didalam pikiran manusia.
Manusia sudah bisa buat mesin kebulan, bisa buat alat kedokteran canggih seperti MRI, bisa meneliti bahwa jenasah di kebun belakang rumah Ryan adalah jenasah Asrori, tapi mosok mbuat ”lie detector” yang ampuh kok belum bisa yaa.

Bawuk : Laah bakal apaan Lie Detector yang canggih ?

Kuncung : Gini ya, saya sudah bosan ngeliat pejabat pejabat, baik executive, legislative dan judicative yang diduga, disangka, diperiksa, didakwa, diadili karena korupsi, tapi toh penjara kita masih sedikit berisi narapidana kasus korupsi. Dan saya yakin deh banyak lagi kasus kasus yang tidak terungkap.Belum lagi masalah blue energy atau super toy.

Bawuk : terus gimana maksudnya ?

Kuncung : Ya kalau sudah ada Lie Detector yang huebat maka semua maling, penjahat, koruptor kan akan cepat terproses, bahkan sebelum bertindak kejahatan, karena alat tersebut bisa “membaca” pikiran kita.

Bawuk : waaah hebat, bener juga pendapatmu Cung. Saya jadi inget filmnya Arnold Swarzeneger Total Recall, orang bisa di ‘scan’ isi otaknya, dan itu sepertinya mungkan mungkin saja ya suatu saat.

Kuncung : yaaa, bener kan seandainya saja kita bisa bikin alat tersebut, maka angka korupsi di negeri ini akan zero deh nggak so embarrassing seperti sekarang ini. Tiap hari di Koran isinya orang saling bantah dan saling tuduh untuk hal hal yang sangat memuakkan sementara orangnya nggak mau ngaku.



Rabu, 10 September 2008

So vary

Ada seorang pemimpin Parpol di Indonesia bilang “hidup adalah perbuatan..” jadi menurutnya ciri ciri kehidupan adalah kalau ada perbuatan (bener nggak ya .. maksud dia seperti itu).

Kalau saya agak beda, saat ini menurut saya ; “Hidup adalah perubahan”, setiap detik dari kehidupan kita adalah perubahan (paling tidak ada beberapa ribu sel kita mati atau tumbuh, dan juga seiring usia kita berubah, detik demi detik, menit ke menit dst). Di alam kematian “sepertinya” tidak ada perubahan yang saya sebutkan tadi.

Forrest Gump (dalam film Forrest Gump) berkata :” life is like a box of chocolate …. You never know what‘s in it”. Variasi dalam kehidupan terus berjalan, baik yang tertata, terprediksi atapun tidak (surprise). Variasi (baca ‘perubahan’) dalam hidup sangat luas, dan terjadi pada setiap peran yang kita lakoni dalam kehidupan ini (peran di keluarga, di lingkungan, di kantor , dan lain lain).

Saya baru saja mengalaminya, pindah/berubah dari suatu posisi pekerjaan dan tanggung jawab, berubah dari disiplin pengetahuan yang saya miliki, dari eksekutor menjadi kontroler ;…so many surprising things come up to my mind in sudden , tapi saya bersyukur padaNya dengan nikmat variasi yang diberikan kepada saya, hal hal baru didalam hidup kita akan membuat kita lebih “hidup”.

Hidup adalah perubahan, hidup adalah konsekwensi bahwa kita tidak berpredikat mati dan pada akhirnya….
Hidup adalah pengendalian diri , bagaimana kita menjaga untuk dapat mencapai tujuan agar dapat mati dalm keadaan khusnul chotimah.

Selasa, 09 September 2008

So Full

Pernah mudik Lebaran? Saya memang kebetulan belum pernah, hanya saja setiap tahun (khususnya di bulan Ramadhan dan Syawal), hal inilah yang menjadi ’bahan cerita’ kalau sedang berbincang dengan sanak saudara dan kerabat.

Tahun 2008 ini menurut pak Polisi, para Mudiker’s mencapai jumlah 16 juta orang di seluruh Indonesia yang berarti kenaikan sebesar 6 % an, nggak tahu gimana caranya menghitung tapi saya duga sebagian besar tentunya akan ke daerah daerah di pulau Jawa. Jalur transportasi yang paling populer tentu saja jalur Pantai Utara Jawa yang selalu saja menjadi topik setiap saat di seluruh jejaring informasi.
Dari data yang ada ternyata untuk DKI Jakarta saja sekarang ini tercatat ada 5,5 juta kendaraan bermotor yang merupakan kenaikan sebesar 300 % selama 4 tahun terakhir. Yang cukup menjadi perhatian dan keprihatinan kita semua adalah bahwa transportasi darat di jalur pantura, di beberapa tahun terakhir ini sangat disesaki oleh sepeda motor. Padahal kita tahu bahwa sepeda motor adalah alat transportasi perkotaan dan tidak disiapkan untuk menjadi alat angkut antar kota apalagi antar propinsi (kayak bis aja ya..), dan sedihnya 90 % kecelakaan di jalan raya pasti melibatkan sepeda motor..
Lantas mudik sebenarnya untuk apa/siapa yaa ?.


Setiap tahun selalu kita menyaksikan drama mengenai para mudiker’s di Televisi atau media lainnya. Beberapa teman saya selalu bilang ”. ..tentu saja kamu tidak pernah sih merasakan perlunya mudik (dan nikmatnya barangkali)...”.Wah sory memang belum pernah, tapi saya membayangkan para keluarga (Bapak Ibu dan anak anaknya) yang dengan effort luar biasa atas nama tradisi melakukan mudik, apakah sang Bapak atau Ibu pernah bertanya kepada anak anaknya pilihan untuk tidak ikut mudik ?. Jawaban anak anak bisa saja ”ogah aaah, macet, nggak enak, cape, bosen gitu gitu aja.. ”.terus ditambah lagi: ” paling paling Bapak/Ibu akan bercerita ...dulu waktu Bapak /Ibu kecil sekolahnya disitu ... dekat kantor kelurahan anu... kalau makan sering ke warung soto di pinggir kantor pos itu atau dulu kalau mancing di kali itu... dekat sana ada rumahnya pak Anu yang sekarang sudah jadi kepala desa Anu”, weleh bukannya ini sejenis egoisme orang tua !!, apalagi kalau si ortu senangnya pamer kepada warga ’udik’ tentang keberhasilannya di’kota’.
Lantas dimana hak anak untuk memilih pergi mudik atau nggak.
Tapi sudahlah nggak perlu dibantah bahwa tradisi tersebut ada, hanya saja yang selalu menjadi kekesalan adalah bahwa KESIAPAN Pemerintah didalam menyiapkan sarana dan prasarana mudik tidak pernah sempurna, kurang pengalaman apa sih wong selama berpuluh tahun tradisi ini telah ada. Selalu saja ada istilah ”kesiapan operasional di H-7 , H-3 , H+2” dan seterusnya .

Jembatan belum rampung, jalan masih bolong, gerbong kereta nggak cukup, calo karcis menggila, hal hal yang selalu saja terjadi, nggak pernahkah kita bisa merencanakan dengan baik ? (nilai 7 lah paling tidak).Ini benar benar menjadi strereotype ciri bangsa kita juga lho.
Hal lain yang saya pikir adalah bahwa (ini juga ciri bangsa ini), kemanapun bangsa ini pergi, pasti akan kembali lagi kekampung halamannya (rindu sanak saudara tidak bisa digantikan dengan chatting di internet atau kirim MMS).

Akan tetapi mudik bisa memutar ekonomi kita lebih baik (benar benar sektor riil). Coba bayangin kalau 16 juta orang menghabiskan : misalkan rata rata Rp. 100 ribu/ orang pada masa mudik lebaran, berarti Rp 1,6 trilliun rupiah beredar pada saat itu, bukan main kan. Wah pihak mana ya yang mendulang keuntungan dari Mudik ini, sektor transportasikah ? atau retail lainnya?.


OK selamat Mudik saudara sekalian, hati hati dijalan.


Jumat, 05 September 2008

So Proud, Alhamdulillah

Setelah berkutat selama beberapa tahun, akhirnya pecah juga rasa syukur yang dalam setelah selesainya Acara Promosi Gelar Doktor dalam bidang Kedokteran Gigi untuk istri saya pada tanggal 31 Juli 2008 yang lalu.
Begitu banyak waktu, tenaga, pikiran dan materi yang dicurahkan untuk mencapai salah satu “milestone” dalam kehidupan ini.
Disertasinya “ Pengaruh paparan musik terhadap pertumbuhan gigi dan mandibula (tulang rahang)” cukup nyleneh (menurut saya) untuk dapat diperhatikan (salah satunya dapat dilihat di
website ini).

Kita banyak tahu bahwa paparan musik dapat berpengaruh pada kondisi psikis mahluk hidup sejak bayi dalam kandungan atau untuk memberi ketenangan jiwa atau kecerdasan, nah kalau penelitian yang ini pengaruhnya terjadi pada kondisi fisik (khususnya pertumbuhan jaringan keras), kok bisa yaa?

Alhamdulillah, I’m proud of you.
Mudah mudahan hasil penelitiannya dapat bermanfaat di kehidupan manusia.



Kamis, 04 September 2008

So Sad

Posting ini sebenarnya agak terlambat, .. tapi nggak apa lah


Tanggal 30 Juli 2008 pasti akan menjadi catatan tersendiri untuk anak saya, sekolah nya terbakar pada hari itu.
SD Negeri Percontohan Kompleks IKIP Rawamangun Jakarta Timur dilalap api. Beruntung pada saat kejadian (sekitar jam 13 an) sekolah sedang libur sehingga tidak terjadi korban.
Kegiatan belajar mengajar tentu saja terganggu, sementara waktu sekolah dipindahkan kebeberapa sekolah negeri yang berada disekitar wilayah tersebut, tapi tentu saja jam sekolahnya jadi siang hari karena pagi harinya digunakan oleh sekolah yang menampung ( Sekolah tuan rumahnya). Dampak sosiologis, psikologis dan tentunya akademis sangat terasa (karena berpindah tempat, trauma kebakaran, dan berkurangnya jam pelajaran).

SD Negeri tersebut berada satu kompleks dengan SMP dan SMU Labschool yang berada dibawah naungan Yayasan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rawamangun bahkan bangunannyapun menyatu dengan Bangunan SMP Labschool. Seperti juga bangunan SMP nya, gedung SD ini berlantai tiga dan yang terbakar adalah lantai tiganya (utamanya atapnya), sedangkan lantai satu dan duanya tidak mengalami kerusakan apapun yang berarti.

Api bermula dari suatu ledakan dan kebakaran di Gedung Aula Besar milik UNJ yang juga bangunan yang menjadi satu dengan Sekolah, yang ironis adalah api kebakaran terjadi pada acara demo suatu perangkat anti ledakan pada tangki bahan bakar sepeda motor , nah sebelum demo dimulai malah sepeda motornya yang meledak. Nggak usah ditebak lagi, yang salah pasti unsur manusianya.

Ada beberapa catatan kecil mengenai musibah ini;

Ada sebuah Masjid yang berada di ‘lintasan’ api tetapi sama sekali tidak mengalami kerusakan apapun, bahkan kubahnya pun tatap berwarna putih tanpa jelaga sedikitpun (api seolah menyebranginya).

Penanganan pasca kebakaran di SMP Labschool (swasta) lebih cepat dilakukan dari pada yang di SD Negeri dan juga peran serta seluruh civitas sangat terlihat pada penanganan pasca kebakaran di SMP tersebut.

Penanganan pasca kebakaran tentu saja diawali dari pemeriksaan kelayakan bangunan sebagai dasar apakah sekolah ini masih layak guna dan juga tindak rehabilitasi apa yang diperlukan. Syukur Alhamdulillah dalam hal penelitian ini, ada seorang sahabat saya Bapak Dicky R Munaf yang dengan tanpa pamrih apapun membantu kami dengan kapasitas beliau sebagai seorang ahli struktur dari ITB bersama tim nya (Bapak Ramdhana dan teman teman) melakukan penelitian tersebut. Hasilnya .. masih layak guna dan dapat direhabilitasi dengan beberapa rekomendasi. Terima kasih Pak Dicky atas bantuannya.



Beberapa rekaman gambar :


Tempat bermulanya api di Gedung Teater Besar




Gedung SD berlantai tiga yang habis atapnya





Ruangan kelas di lantai tiga




Anak saya berada diantara reruntuhan



Ruangan Aula di lantai tiga



Pak Ramdhana dari ITB bersama rekan rekan sedang memeriksa lantai tiga



Bangunan Masjid yang tidak tersentuh api di sebelah Teater Besar



Bangunan Masjid dari sudut pandang lain di lantai tiga





Mandeg

Terus terang seperti lagunya The Beatles, it’s been a hard days night.. and I’ve been working like a dog.

Dan seterusnya, karena long and hard days and nights so that I’am not blogging for quite long time. I had only little time left to look after my Blog and mails.

Banyak aja alesannya, kerjaan lah, ngurus rumah lah, pindah kerjaan lah dan yang terutama tentu saja memback up kebutuhan anak anak untuk bersama. Just give me a break.