Minggu, 25 November 2007

There are no free roads...

Slogan tersebut dimiliki oleh Asosiasi Internasional jalan/ jembatan tol, maksudnya kira-kira adalah bahwa tidak ada jalan yang gratis ..“one way or another, people (somebody) have to pay for using the road”, entah dari pajak atau kutipan langsung pada saat melakukan perjalanan. Tapi apakah akan ada jaminan bahwa fasilitas (prasarana) yang ada dapat memberikan tingkat pelayanan yang memadai?.
Take Jakarta for example...saya membaca di KOMPAS bahwa luas jalan hanya 6,5 % dari seluruh luas DKI (total lajur panjang jalan adalah 7.500 an km) , padahal kata ahli transportasi luas minimal agar supaya tidak macet adalah 15 % an. Jumlah kendaraan di ibukota sudah mencapai 4,7 juta kendaraan (termasuk 2,6 juta sepeda motor), dengan tingkat pertumbuhan 5 % per tahun, sedangkan pertambahan kapasitas jalan hampir nihil (eeh... malah dikurangi karena BUSWAY..).
Dengan kondisi tersebut produsen kendaraan bermotor tidak ingin dipersalahkan seolah-olah karena produksi kendaraan yang 400 ribu unit pertahun menjadi penyebab kemacetan di jalan raya. Mereka berkilah ; ’coba lihat di negara tetangga doong...’, Malaysia penduduknya 24 juta, produksi kendaraannya pertahun 600 ribu unit, Thailand yang penduduknya 67 juta mempunyai produksi 700 ribuan unit kendaraan. Lha Indonesia yang berpenduduk 200 juta, kok dibilang produksinya kebanyakan ?.
Kalau gitu yang salah adalah kurangnya pertambahan jaringan jalan ?, atau manajemennya ?.

Gambar saya ambil dari website SCTV, yang memperlihatkan para pemangku kepentingan sedang berdebat mengenai kemacetan di Jakarta. Kira-kira hasil debatnya apa yaaa...There are no free roads bisa diartikan bahwa tidak ada jalan yang longgar/lowong ….barangkali.

Tidak ada komentar: