Minggu, 05 Oktober 2008

Transportasi yang Beradab

Kamis 2 Oktober yang lalu saya sempat lihat sepintas acara di Metro TV , Kabaret nya Butet Kertarajasa. Apa yang dikatakannya didalam suatu monolognya bukanlah hal yang lucu, tapi sebaliknya bitter banget, pedes menonjok kerongkongan dan membuat kita jadi menyadari betapa mengesalkannya kondisi yang kita hadapi… Topiknya…Mudik.
Sudah berapa tahun sih kita berpengalaman dengan “ritual” Mudik ?, sudah puluhan tahun kebelakang kan..?, dan tentunya juga berpuluh tahun kedepan. Tapi kenapa kok setiap tahunnya baru di hari H–10 transportasi (khususnya prasarana transportasi jalan raya) siap menampung pemudik.
Dan yang lebih nelongso lagi, coba dipikirkan dan dirasakan, apakah prasarana dan sarana transportasi hanya dibuat (atau diperhatikan) hanya untuk “para pemudik” dan pada saat “mudik” saja ?, lantas dimana hak masyarakat lainnya pada saat tidak sedang suasana mudik ?, sah saja untuk terabaikan ?. Untuk apa ada ribuan insinyur dan ahli jalan di Indonesia ini ? , ngapain aja sejak H+1 sampai ke H–10 tahun depannya ?

Dalam monolog mengenai Transportasi yang Beradab tersebut, Butet antara lain menyoal tiga hal mengenai hak publik :
Pertama mengenai Kemudahan, kedua keadilan sosial, ketiga mengenai Lingkungan hidup.


Boro boro mikirin mengenai Keadilan sosial (untuk melayani para pini sepuh atau yang cacat) dan memperhatikan Lingkungan hidup (pada saat pembangunan dan pengoperasiannya), untuk menangani masalah Kemudahan saja masih harus nunggu H–10 atau mesti ada korban dulu seorang Sophan Sophian baru prasarana di perbaiki. Kenapa sih kita nggak pernah belajar ?, gregetan nggak?

3 komentar:

ze... mengatakan...

kalo bicara urusan pemerintahan di Republik ini, bukan cuma gregetan pak...tapi udah dalam tahap menjengkelkan...
mudah2an aparat pemerintah segera sadar akan tugas dan tanggungjawabnya...

Adityawarman mengatakan...

pak Joko inilah yang namanya governless government, sebenarnya keberadaan mereka hampir gak bermakna untuk mengangkat nasib bangsa kita, yang sudah melarat secara mental akibat kemiskinan struktural, maka hilanglah harga diri, mau diapapun oleh keadaan yah sudah nrimo saja wong diomeli setiap hari juga gak ada respon dari pemerintah. Mereka lupa tugas pemerintah sebenarnya gak lebih dan gak kurang sama seperti jongosnya rakyat, sebenarnya kalau gak becus yah dipecat, tapi itu cuma dialam mimpi ya oh nasib

Mind Transportation mengatakan...

Kalau saya melihatnya, kelemahan terjadi karena kita gak pernah well planed (atau mungkin malah plan less), dan juga konsistensi pelaksanaannya