Sabtu, 05 Januari 2008

Memodernkan masyarakat dan sebaliknya

Pada suatu ketika di suatu perusahaan ;



Memang akhir akhir ini ada beberapa kata "populer" yang sering diucapkan oleh orang-orang penting antara lain; Master Plan, Road Map, Profesional, Green (maksudnya loyal terhadap lingkungan), e- (serba e- didepannya), dan Modern seperti pada komik tersebut di atas. Tapi kadang kadang dilematis implementasinya, atau berbeda persepsinya.


Ini yang susah.

5 komentar:

Nurantoro mengatakan...

Jadi pada pokoknya arti MODERN adalah : BERANI TAMPIL BEDA, misalnya :
Kalau orang lain maju sedangkan kita nggak maju-maju itu artinya MODERN, Kalau orang lain mau belajar sedangkan kita malas belajar itu artinya MODERN, Kalau orang lain mau saling menghormati sedangkan kita tidak mau itu artinya MODERN, dst, dst,dst

Anonim mengatakan...

Bukan berani tampil beda Pak, tapi beda dengan yang lampau (gak perduli yg lampau seperti apa)

Budi Rahardjo mengatakan...

Kalau pakai KOMPUTER ... pasti moderen. he he he.

Heri Susanto mengatakan...

Assalamuallaikum..
Judulnya menantang "Memodernkan masyarakat dan sebaliknya" namun isinya menggelitik telinga para korporat yang mengaku modern tapi sikap dan prilakunya dekat dengan budaya "Primitif".
Mengapa "Primitif " ?
Kita bisa lihat dengan kasat mata bahwa praktek "bullying" di tempat kerja dan "office politic" masih terjadi di Perusahaan yang mengaku Modern.
Pada tataran implementasi pengukuran prestasi masih jauh dari pengukuran "Kinerja" yang sesungguhnya, hal ini terjadi karena penyusunan key performance indicator di setiap unit kerja berjalan sendiri-sendiri. Meskipun target dari key performance indicator itu tercapai namun tidak berdampak luas terhadap korporasi. Mengapa hal ini terjadi ?
Di perusahaan yang mengaku "modern" ini, masih rendah motivasi untuk bekerja sama karena masih langkanya figur yang bisa menjadi panutan dan kurangnya "kolaborasi" dan "kohesivitas" dalam penyusunan
key performance indicator.
Bedanya sangat tipis namun dampaknya sangat luas.
Sekali lagi "Begin with the end in mind". Bravo.. Pak Djoko Dwijono. Tulisannya menginspirasi banyak orang. Wassalam.....

Jenggot mengatakan...

Kalo melihat tulisan dari comfort area01 arahnya adalah bagaimana KPI dapat di implementasikan secara terintegrasi dengan baik dalam suatu usaha korporasi.
Saya setuju dengan pendapat comfort area01 karena sebagai contoh dalam kasus kepemilikan saham karyawan terlihat bahwa Perusahaan tidak ada upaya utk membentuk suatu mekanisme ttg saham dengan baik dan terintegrasi dengan sistem yg ada di Perusahaan sehingga tercipta win-win solution bagi Perusahaan maupun bagi karyawan sebagai salah satu ilustrasinya mengapa Perusahaan tidak membentuk lembaga Trustee utk mengelola saham karyawan yg akan menghasilkan output terhadap penambahan nilai manfaat pensiun karyawan pada saar karyawan pensiun nanti dan disisi lain Perusahaan pun akan mendapatkan benefit dari hasil pengelolaan saham karyawan dalam bentuk pendapatan lain.
Wah kayaknya tambah seru aja nih dunia fantasinya pak Djoko Dwijono...mantab.