Kamis, 30 Oktober 2008

Pemudi Pemuda

Tanggal 28 Oktober tahun ini kita memperingati Hari Soempah Pemoeda yang ke 80 tahun. Di kantor, peringatan ini dilalui dengan upacara pengibaran Bendera. Upacara yang standar itu salah satu themanya kalau nggak keliru adalah untuk memotivasi kita semua anak bangsa menjadi manusia berpredikat Nasionalis Religius (wah kok kaya platform Partai yaa..) yang dapat meneruskan cita cita para pendahulu Bangsa.

Meskipun agak gerimis, Upacara berjalan lancar akan tetapi nyaris Nir-makna bagi saya sampai kemudian diperdengarkan lagu “Bangun Pemudi Pemuda”. Saya coba untuk mengingat lirik dari lagu tersebut yang pertama kali diajarkan pada waktu saya di bangku SMP, dan kemudian saya mencoba menyimaknya lebih dalam lagi

Bagian I

Bangun pemudi pemuda Indonesia

Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

Bagian II

Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas

Tak usah banyak bicara trus kerja keras
Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih
Bertingkah laku halus hai putra negri
Bertingkah laku halus hai putra negri

Coba perhatikan Bagian Keduanya;
Betapa luhurnya karakter dari Pemudi dan Pemuda Indonesia yang diharapkan oleh penulis lagu ini (dan tentu kita semua bangsa Indonesia), seandainya kita bisa menjadi 50 % saja dari seluruh kata sifat di Bagian Kedua Lirik Lagu ini ….. sudah tuoop Markotop.
Coba aja .. ‘Bertingkah laku halus…’ hareee geneee… susah dicarinya daah

Komposer lagu ini adalah A. Simanjuntak yang berusia 23 tahun waktu dia menciptakan lagu ini di tahun 1943.Pada waktu itu beliau menjadi Guru Sekolah Rakyat di Semarang.

Two thumbs UP.. untuk beliau, lagunya membuat Upacara hari ini berarti untuk saya.

Senin, 27 Oktober 2008

Blogger's day

Pagi hari dari stasiun TV lokal saya dapet informasi bahwa hari ini adalah Hari Blogger Nasional. Hari ini memperingati acara temu Blogger di tanggal yang sama tahun 2007 yang lalu. Wah Blogger aja pake hari Nasional, bagaimana menurut khalayak ?, perlu nggak sih ?

Sampai saat ini konon katanya jumlah Blogger di Indonesia mencapai 600 ribu orang, ya kalau rata rata memiliki 2 Blog berarti jumlah blog di Indonesia mencapai 1,2 juta Blog. Belum tahu tuh komposisi jenis Blog di Indonesia, berapa persen yang buat nyari rejeki, berapa persen yang mengeluarkan pendapat pendapat murni, berapa persen yang Narsis murni dan berapa persen yang cut & paste saja.
Tetapi seberapa pentingnya angka komposisi tadi, nggak usah dipikirin ?, atau memang perlu di survey untuk melihat seberapa besar Blog dapat “memberi kontribusi positif terhadap masyarakat..” (seperti kata Saudara Menteri Kominfo beberapa waktu yang lalu).

Pesta Blogger 2008 akan diselenggarakan pada tanggal 22 November 2008 ini di Jakarta (saya juga pasang Banner untuk itu), ini semata karena saya mengaharapkan sarana Blog dapat mencerdaskan kita semua, meskipun ada pro kontra mengenai adanya sponsor dari Dept. Of State nya Amerika (lihat disini, ndoro kakung, Sang ketua pelaksana).




Kalau saya sendiri, Blogging saya posisikan sebagai tempat saya membuat opini, bercerita mengenai isi kepala saya (Mind) dan dokumentasi personal yang dapat saya salurkan (Transported) dan wariskan kepada semua orang terdekat saya, khususnya anak keturunan saya, maka dengan itu judul blog saya Mind Transportation begituu.

Bagaimana dengan anda ?, apa yang menurut anda sangat essensial dalam blogging?.

Sabtu, 25 Oktober 2008

Darling

Sadar Lingkungan..

Wis pokoke sudah banyak deh slogan slogan, istilah istilah yang mendorong, mengingatkan dan menggurui kita untuk sadar akan pelestarian lingkungan hidup. Ada lagi yang diprogramkan, diproyekkan dan dijadikan komoditas politik.


Tapi yang saya paling suka adalah slogan “ Think globally act locally” dan yang satu lagi “ bahwa.. Bumi ini bukan warisan untuk anak cucu kita tetapi kita pinjam dari mereka..”.
Dalam rangka semua itu, saya memeriksakan kendaraan yang biasa saya pergunakan sebagai alat transportasi sehari hari, untuk mendapatkan “Surat Keterangan Memenuhi Ambang Batas Emisi” dari Badan Pengelolaan Lingkuan Hidup Daerah Provinsi DKI. Prosesnya mudah dan cepat saja (sebetulnya ini kebetulan sekali ada program di tempat saya bekerja he..he).
Setelah selesai kendaraannya di test maka kemudian kaca depan kendaraan di tempeli stiker dan kita diberi buku keterangan Memenuhi Ambang Batas. Bentuk bukunya seperti paspor hijau dan didalamnya ada keterangan yang tercetak seperti Visa kunjungan yang ditempelkan di halaman buku paspor deh.



Yang menjadi ukuran ambang batas adalah kadar Karbon Monoksida (CO) dan kadar Hidro Karbon (HC) didalam gas buang kendaraan.
Sebetulnya di dalam Perda Provinsi DKI aturannya berbunyi bahwa kendaraan bermotor wajib memenuhi ambang batas emisi, Uji emisi dilakukan paling tidak 6 bulan sekali dan ini merupakan syarat dari pembayaran pajak kendaraan bermotor.
Maksud dari semua ini tentunya sangat baik dan mulia, tapi apakah aturan ini dapat berjalan dengan baik ?... ya paling tidak saya berwasiat pada diri sendiri untuk dapat memperhatikan atau peduli akan keadaan lingkungan hidup kita yang semakin parah kondisinya. Saya ingat bahwa untuk pertambahan sebuah kendaraan, kita membutuhkan 4 pohon besar untuk mengimbanginya.




Tulisan ini saya dedikasikan untuk anak keturunan saya Insya Allah, yang Buminya saya pinjam sekarang ini.

Minggu, 12 Oktober 2008

Homo Globulus

Beberapa waktu yang lalu di bulan Februari 2008, sempat membuat posting “Akhirnya datang juga”, yang berawal dari prakondisi yang cenderung mengarah ke kondisi resesi dunia, dan di akhir September kondisinya makin “Bragi” – Berasa Gimanaaa gitu..
Krisis finansial dan kepanikan terjadi di pasar saham dunia, tapi berimbaskah di Indonesia ?.

Pemimpin negeri ini bilang ini bukan seperti krisis tahun 1998, “..jangan khawatir, sudah disiapkan plan A plan B dan seterusnya untuk menghadapinya, ini hanya terjadi di luar sana, kita tidak akan terpengaruh, dan krisis menyangkut pasar modal saja, lebih baik memikirkan pasar Tanah Abang saja daripada pasar Saham ..yang terpengaruh hanya orang orang kaya saja ..dst”.
Tapi di kesempatan lain kebijakan yang dilakukan mencerminkan kesimpang siuran dan ketidak yakinan. Indeks Saham jeblok nilai dollar membumbung nggak rasional. Bunga bank dinaikkan padahal di regional malah turun, ..karena menjaga inflasi (katanya).
Pertemuan digelar dengan para penegak hukum (lho..?) karena ada indikasi permainan di Pasar Bursa, “spekulan mengkhianati rakyat Indonesia”, penyebar rumor mau dikejar sampai kelobang tikus dsb.
Bukankah semua itu juga merupakan imbas dari masalah Global ?, apakah kita tidak perlu khawatir karena konon pemain pasar saham kita 55% - 70 % an adalah pemain asing ?.
Saya sih memang hanya seperti kebanyakan rakyat Indonesia yang nggak mudeng dengan masalah ini secara detail. Apakah ini akan berpengaruh ke harga tempe, atau berpengaruh pada traffic volume di jalan raya ?, saya juga nggak tau. Hanya ada dua hal yang saya yakin, bahwa, pertama; manusia pada hakikatnya adalah Homo Ludens, senang “bermain” seperti di pasar saham ( makanya disinyalir banyak spekulan dan aksi goreng menggoreng harga). Dan yang kedua; kita sekarang adalah Homo Globulus (istilah saya sendiri) untuk manusia yang terkena efek Global, yang punya keterkaitan secara global, didunia yang makin sempit ini, jadi ya kalau NYSE batuk, Bursa Efek Indonesia juga suspend, ..sampai kapan ya?


Mussolini & Soeharto

“Apa persamaan antara Benito Mussolini dengan Soeharto disamping bahwa mereka berdua adalah pemimpin negara yang….dst..” demikian pertanyaan yang dibacakan oleh Helmy Yahya pada acara Bintang Pelajar, lomba kepinteran antar siswa SMP di AN TV tadi pagi.

Jawaban dari trivia ini cukup membuat surprise;
Baik Mussolini dan Soeharto menjadi Pemimpin pertama di negara nya yang membangun Jalan Tol. Mussolini memulai jalan tol Milano – Laghi sepanjang 479 km yang dioperasikan mulai tahun 1924, sedangkan Soeharto meresmikan Jalan Tol Jagorawi sebagai Jalan Tol Pertama di Indonesia tahun 1978.
Jalan Tol Milano – Laghi menjadi salah satu contoh PPP (Public Private Partnership) pertama di pembangunan infrastruktur jalan yang dinilai berhasil.Menurut referensi yang saya lihat, Jalan Tol tersebut well constructed dari sisi teknis meskipundari sisi feasibilitas agak kurang. Sementara itu di Indonesia masuknya swasta di sektor jalan tol dimulai akhir tahun 1980 an (dan faktor kesuksesannya sangat dipertanyakan).

Whatever, saya cukup heran atas pertanyaan yang dibuat oleh pembuat kuis tersebut, dan tentu saja tidak ada satu pelajarpun yang bisa menjawabnya. Namun di sisi lain saya jadi tertarik untuk menelusuri persamaan persamaan lain dari kedua orang tersebut.

Gambar diambil dari sini

Minggu, 05 Oktober 2008

Transportasi yang Beradab

Kamis 2 Oktober yang lalu saya sempat lihat sepintas acara di Metro TV , Kabaret nya Butet Kertarajasa. Apa yang dikatakannya didalam suatu monolognya bukanlah hal yang lucu, tapi sebaliknya bitter banget, pedes menonjok kerongkongan dan membuat kita jadi menyadari betapa mengesalkannya kondisi yang kita hadapi… Topiknya…Mudik.
Sudah berapa tahun sih kita berpengalaman dengan “ritual” Mudik ?, sudah puluhan tahun kebelakang kan..?, dan tentunya juga berpuluh tahun kedepan. Tapi kenapa kok setiap tahunnya baru di hari H–10 transportasi (khususnya prasarana transportasi jalan raya) siap menampung pemudik.
Dan yang lebih nelongso lagi, coba dipikirkan dan dirasakan, apakah prasarana dan sarana transportasi hanya dibuat (atau diperhatikan) hanya untuk “para pemudik” dan pada saat “mudik” saja ?, lantas dimana hak masyarakat lainnya pada saat tidak sedang suasana mudik ?, sah saja untuk terabaikan ?. Untuk apa ada ribuan insinyur dan ahli jalan di Indonesia ini ? , ngapain aja sejak H+1 sampai ke H–10 tahun depannya ?

Dalam monolog mengenai Transportasi yang Beradab tersebut, Butet antara lain menyoal tiga hal mengenai hak publik :
Pertama mengenai Kemudahan, kedua keadilan sosial, ketiga mengenai Lingkungan hidup.


Boro boro mikirin mengenai Keadilan sosial (untuk melayani para pini sepuh atau yang cacat) dan memperhatikan Lingkungan hidup (pada saat pembangunan dan pengoperasiannya), untuk menangani masalah Kemudahan saja masih harus nunggu H–10 atau mesti ada korban dulu seorang Sophan Sophian baru prasarana di perbaiki. Kenapa sih kita nggak pernah belajar ?, gregetan nggak?