Selasa, 22 Januari 2008

Kalau saya jadi PENGUASAHA (2)

Seperti saya tulis pada posting sebelumnya bagian (1), yang akan saya prioritaskan pertama adalah masalah transportasi, khususnya adalah sistem transportasi umum masal yang reliable (sarana, prasarana dan policy yang diterapkan tentu saja harus yang tepat dengan kebutuhan).
Dan seperti pada tulisan saya yang lalu sistem transportasi umum masal ini saya namakan TUBE (Transportasi Unggulan Betawi.... he..he boleh dong kan saya penguasanya).

Memang dari contoh di negara lain bahwa public transport adalah proyek merugi (nir laba) atau ini bukanlah wilayahnya usaha swasta (private).

So.. be it, tapi prioritas pertama saya adalah publik transport, dan meskipun demikian saya juga masih optimis melihat potensi pendapatan daerah (dan juga ada sebagian potensi pendapatan untuk swasta ) yang belum tergali dengan sempurna ;

Saya gak tau pasti berapa sebenarnya the real income dari sektor perparkiran, kalau masih sistem setoran sudah pasti deh banyak ketidaktransparanan.Sepantasnyalah sudah digunakan secara menyeluruh sistem kontrol yang berbasis electronic

Road pricing (tentu dengan teknologiyang tepat guna), bisa mulai diperkenalkan.

Bisa nggak ya sistem perpajakan di ubah; bahwa transport related taxes, sebagai sumber pendanaan akan digunakan juga (dedicated to) untuk transport related services (khususnya untuk public transport). Dll.

OK deh, jadi ada beberapa kesimpulan yang saya garis bawahi nih apabila saya jadi PENGUASAHA untuk hal yang pertama (Transportasi orang dan barang) ;

Bahwa Analisis gak perlu saya buat lagi, supaya irit ya kita ambil saja study terdahulu (yang sudah ada belasan itu), dengan sedikit review. Dengan demikian kita bisa menghemat biaya konsultan.

Pembenahan manajemen transportasi umum masal; manajemen armadanya, trayeknya, fare collectingnya, headwaynya, dsb. yang memerlukan deregulasi, konsistensi dan enforcement yang kuat.

Potensi sumber pendapatan harus lebih digali dan dikelola dengan teknologi yang tepat.

Swasta diberi peran lebih banyak, dan apabila perlu diberi insentive yang menarik (pasti aman ..kan saya PENGUSAHAnya..). Pembangunan sentra sentra intermoda (Park & ride, dan stasiun Intermoda) diselaraskan dengan perkembangan sentra kegiatan ekonomi dan pemukiman (gak sembarangan bikin mall dan apartemen gitu loh… ini pasti bisa juga kan saya PENGUASA nya).

Naaah. Kalau proyek infrastruktur public transport ini mulai berjalan, tentu saja perekonomian akan makin hidup, lapangan pekerjaan bisa bertambah (bisa untuk ratusan ribu orang lho, percaya deh efek domino pertumbuhan yang disebabkan oleh pertumbuhan infrastruktur adalah suatu yang pasti).

Kalau proyeknya sudah jadi, tentu saja kita akan semakin terbiasa hidup nyaman dan damai dengan adanya Busway, monorail, subway, sepeda, ojek dsb.

Dan tentu saja pada akhirnya ini akan meringankan jalan saya menuju PILKADA berikutnya ya toch..?





(kalau gambar di atas bukan di Betawi tapi di Melbourne yang saya dapat dari tempat ini)

Sabtu, 19 Januari 2008

Lift me up

Kalau dilihat sepintas, gambar saya di bawah ini seperti suatu ”launching tunnel” dari suatu sarana transportasi di sebuah film Fiksi Ilmiah.Pada kenyataannya itu adalah foto sebuah lift yang saya ambil di sebuah gedung baru (betul-betul anyar gress) di Jakarta.



Why ?, karena saya hampir saja terjebak dalam lift tersebut karena supply listrik mati (lucky me, sayangnya karena jaraknya yang jauh tidak terlihat dalam foto tersebut betapa gugupnya orang-orang yang terjebak didalamnya)


Nah akibatnya saya terpaksa harus jalan dengan kaki saya sendiri (karena escalator juga tidak berfungsi) sampai ke lantai 6 gedung tersebut dimana disitu ada arena bermain untuk anak anak.

Saat itu saya kembali tersadarkan akan ketergantungan kita dengan sarana transportasi vertikal yang bernama lift (juga tentunya ketergantungan kita atas pasokan listrik..he..he).

Lift atau juga disebut Elevator juga sarana transportasi. Kebutuhan akan alat ini tentunya saat ini di Indonesia semakin besar mengingat semakin banyaknya gedung bertingkat khususnya sebagai perbandingan adalah tingkat penggunaan lift untuk apartemen (dulu/beberapa dekade yang lalu mana ada apartemen di Indonesia).Kalau sekarang, kebayang nggak sih apartemen berlantai 26 tidak ada fasilitas liftnya ?

Perlu diketahui bahwa konon elevator pertama kali dibuat oleh Archimedes beberapa ratus tahun sebelum Masehi (check this out here).Seiring perkembangan jaman keandalan sistem dan kenyamanannya semakin baik.

Biasanya lift disediakan apabila gedung mempunyai maksimum 3 atau 4 lantai ( apakah ada ’aturannya’ atau sekedar ’rule of thumb’). Akan tetapi dibeberapa negara, yang mempunyai hukum mengenai akses untuk para penyandang cacat, gedung yang bertingkat wajib menyediakan fasilitas lift. Di Indonesia.?.. sepertinya belum ya ?

Senin, 14 Januari 2008

Forgiven not Forgotten


Ini salah satu lagu milik The Corrs, group Band dari Irlandia beraliran folk-rock yang beranggotakan keluarga Corr (Andrea, Sharon, Caroline dan Jim) seperti pada gambar mereka di album dengan nama yang sama; Forgiven not Forgotten yang di release tahun 1995. Group band ini dikenal antara lain karena mereka kerap memberikan nuansa tradisional Irlandia (Irish sound) melalui aroma perkusi, suling (thin wishle), dan biola.

Saya jadi teringat Group Band ini dan khususnya lagu ’Forgiven not Forgotten’ karena beberapa hari tereakhir ini, di media masa nasional maupun internasional ungkapan ini sedang menjadi perbincangan dalam ”bahasa” yang lain. Bahasa politik, bahasa hukum, atau bahasa-bahasa yang lain.

All alone, staring on, watching her life go by
When her days are grey and her nights are black
Different shades of mundane and the one eyed furry toy
That lies upon the bed has often heard her cry
And heard her whisper out a name long forgiven, but not forgotten

You're forgiven not forgotten
You're forgiven not forgotten
You're forgiven not forgotten
You're not forgotten…….


lirik dan image didapat dari tempat ini

Uban vs Travel time

Sebetulnya yang saya maksud bukan hanya uban. Tapi uban menjadi representasi untuk ”penuaan” atau ’aging'.



Belum pernah saya mengetahui hubungannya secara pasti, barangkali pernah ada penelitian ilmiahnya (anybody knows ?), soalnya kalau saya sendiri belum pernah melakukannya, bahwa penuaan ada hubungannya dengan travel time seseorang dalam melakukan perjalanan di kegiatannya sehari-hari.
Uban mungkin bisa mewakili tingkat penuaan seseorang (meskipun ada argumentasi bahwa uban mempunyai unsur genetika/keturunan, lagipula akan lebih susah menghitung jumlah kerutan di wajah daripada menghitung persentase uban dikepala).

Kalau dibuat penelitian; kira-kira saya ingin mengetahui apakah ada korelasi penuaan dengan travel time dengan cara meneliti “perkembangan” persentase uban dari waktu ke waktu untuk seseorang, misal :

Si A yang bertempat tinggal di Bekasi Timur dan berkantor di daeran Kuningan (jarak + 40 km an) dengan sebaliknya si B yang bertempat tinggal di Rawamangun dan berkantor di Citeurup Jagorawi (jaraknya juga + 40 km an).
Akan lebih bagus lagi kalau si A dan B adalah bersaudara (he..he).

Dugaan saya sih ada korelasi dari sisi travel time kegiatan pergi pulang kantornya. Makin lama mengemudi, makin stress dan ada kemungkinan uban tumbuh makin cepat.


Nah kalau belum kelihatan korelasinya, kita coba lagi tapi dengan menghitung kerutan di dahi.


Sebetulnya susah juga untuk membedakan natural aging dengan yang forced aging ya ?. Ada sebuah mitos bahwa Marie Antoinette sebelum dipancung mendadak karena stressnya rambutnya berubah putih (ada artikelnya ditempat ini )

Ada yang mau komentar atau mau coba jadi volunteer?

(gambar Katie Holmes diambil dari tempat ini )

Minggu, 13 Januari 2008

Kalau saya jadi PENGUASAHA (1)

Lebih spesifik lagi adalah ; Kalau saya jadi PENGUASA wilayah Jabodetabek sekaligus saya jadi PENGUSAHA yang bermodal besar (disini maksudnya punya modal dasar yang penting yaitu Uang dan Moral )
Nah apa yang yang akan saya tuntaskan, prioritaskan, bisniskan ?
Jawabannya adalah masalah Transportasi. Ya betul, ada dua macam ”Transortasi” yang saya maksud ; pertama Transportasi sebagai sistem perpindahan manusia dan barang (seperti definisi umum), dan kedua Transportasi air permukaan yang berlebih (Banjir).
Karena kedua hal yang saya sebutkan tadi merupakan dambaan masyarakat Jakarta.

Untuk yang pertama tentu saja ada beberapa macam cara, untuk referensi ada beberapa belas hasil kajian konsultan mengenai masalah transportasi di Jakarta tinggal pilih yang paling akhir dan ter’integrated’ (tanya deh sama Bappenas). Pilihannya antara lain adalah “highway development oriented”, atau “railway development oriented”.

Apapun dari keduanya, yang recommended adalah dilakukannya Traffic Demand Management yang baik dan membangun sistem angkutan umum massal yang handal.
Sebetulnya Jakarta adalah kota yang menyediakan trnsportasi umum 24 jam sehari. Bis umum, metromini, taxi, mikrolet, angkutan umum kecil, bajaj, ojek sampai omprengan ada, bahkan diantaranya ada yang service nya 24 jam (di kota lain di dunia mana ada yang seperti ini), dan kalau dilihat sepintas barangkali malah ’to some extent’ oversupplied .Yang belum baik mungkin manajemennya ; manajemen armadanya, trayeknya, fare collectingnya, headwaynya, dsb. yang memerlukan deregulasi, konsistensi dan enforcement yang kuat.
Dibawah ini saya tampilkan jaringan jalan tol dan jaringan rel kereta api yang ada di Jabotabek. Sepintas memang polanya agak sama dan saya menambahkan beberapa rencana jaringan (yang saya tahu) dan beberapa important poin yang menurut saya sangat strategis dan signifikan untuk dikembangkan di dalamnya. Hal tersebut adalah adanya Stasiun Intermoda sekaligus fasilitas Park and Ride.


Kalau untuk Jalur Kereta

Lantas ide barunya apa ?
OK, sebagai PENGUASA saya akan memastikan bahwa rencana yang dipilih akan secara konsisten dilakukan sesuai hasil analisis yang direkomendasikan.Kemudian saya juga akan membenahi manajemen fasilitas publik transport.

Sebagai PENGUSAHA (yang punya modal dan moral) saya akan mengajak pengembang infrastruktur dan properti untuk ”gabung” dengan saya membangun Sistem Intermoda yang terintegrasi dengan kebutuhan dan mengubah ”life style” masyarakat menjadi lebih disiplin dan..(ah ..lagi-lagi) ..modern. Stasiun Intermoda dan fasilitas pendukungnya cukup bagus untuk dibisniskan (tentu dalam frame konsistensi perencanaan dan pelaksanaan).

Kata sebuah iklan ” ..Starting is Everything”...yuuuuk mulai.. (bersambung lho..)


Minggu, 06 Januari 2008

Killer Application in Transportation


Ada fenomena menarik tentang suatu produk layanan jasa publik dalam bentuk kartu prabayar sebagai pengganti nilai uang didalam transaksi pembayaran.

Cirinya sangat tergantung dari jenis transaksi yang dilakukan ;
Transaksi yang massive (kuantitas yang harus dilayani banyak sekali) sehingga diperlukan waktu transaksi yang cepat.
Nilai transaksinya relatif kecil (cenderung ”recehan” lah).
Nilai uang “dimasukkan” kedalam kartu (tentu saja secara elektronik, karena di dalam kartu tersebut terdapat memory chip nya), bahasa kerennya “stored value card”, sehingga tidak diperlukan verifikasi secara on-line seperti pada kartu kredit atau kartu debit.

Dibeberapa negara, kartu prabayar yang menggunakan system “contactless” ini diakui sebagai Killer Application (ini istilah dunia IT lah) yang kira kira dimaksudkan bahwa aplikasi (program) ini sangat diminati/dibutuhkan dan dapat men ‘generate’ suatu kebutuhan (baca ‘bisnis’) yang lebih besar lagi.

Ini menurut saya sangat mendukung hipotesa bahwa transportasi, khususnya public transportation, adalah sektor yang dapat menjadi penggerak/pendorong suatu perubahan besar pada system ekonomi (bisnis), sosial, budaya dsb.

Saya pernah lihat di Hong Kong, Octopus, Perusahaan pengelola kartu prabayar Octopus yang mendulang keuntungan yang besar dari bisnis ini. Bayangkan saja, jumlah kartu Octopus yang beredar bias lebih banyak dari jumlah penduduk Hong Kong yang sekitar 7 jutaan orang.
Share holder terbesar dari Octopus adalah MTR (perusahaan Kereta Api Hong Kong) yang mengaplikasikan kartu pintar (Smart Card).


Tujuan awal dari MTR adalah kepraktisan ; baik bagi pengguna jasa maupun penyedia jasa.Tapi kemudian malah menjadi bisnis besar yang menggurita (Octopus). “Don’t leave home without it” itu mereka bilang. Inilah The Killer Application

Saya memimpikan adanya “this kind of Card” di Indonesia.Oleh sebab itu posting saya berlabel Fantasy.

Sabtu, 05 Januari 2008

Memodernkan masyarakat dan sebaliknya

Pada suatu ketika di suatu perusahaan ;



Memang akhir akhir ini ada beberapa kata "populer" yang sering diucapkan oleh orang-orang penting antara lain; Master Plan, Road Map, Profesional, Green (maksudnya loyal terhadap lingkungan), e- (serba e- didepannya), dan Modern seperti pada komik tersebut di atas. Tapi kadang kadang dilematis implementasinya, atau berbeda persepsinya.


Ini yang susah.

Jumat, 04 Januari 2008

Berapa Big Mac perjalanan anda?

Kita sering tahu adanya Hamburger Index (Big Mac Index) digunakan sebagai indkator ekonomi, diawali ketika The Economist mempublikasikannya tahun 1986.Hal ini disebabkan apalagi kalau bukan oleh mendunianya usaha waralaba Burger Mac Donald’s.

Intinya adalah bagaimana kita membandingkan sepotong roti hamburger (Big Mac), antara yang dijual disuatu negara dengan di negara lain.
Hal ini didasari oleh asumsi bahwa rasa (kualitas) dan bahan (spesifikasi produk) yang, konon, adalah sama (standar).
Index tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel berikut yang didalamnya juga terdapat angka/poin Purchasing Power Parity (PPP) dari masing masing negara.




PPP kira kira adalah nilai tukar mata uang (exchange rate) versi Big Mac (harga Big Mac di Indonesia dengan harga Big Mac di US misalnya). Nah apabila kita bandingkan dengan nilai tukar “sebenarnya” maka kita bisa mengasumsikan mata uang suatu negara under atau over valued (terhadap yang ”sebenarnya”).

Lantas apa hubungannya dengan judul posting ini?.
Apabila kita lakukan secara logical comparative untuk ”harga” public Transport dibeberapa negara (kota) dan dengan dibantu tabel Big Mac Index di atas, maka yang terjadi adalah seperti berikut.

Tarif Public Transport sekali jalan (rata-rata menurut data yang saya punya)


Melbourne : $AUD 2,7 = 0,78 potong Big Mac (BM)

Singapore : $SIN 1,2 = 0,30 BM

Kuala Lumpur: RM 2 = 0,36 BM

Seoul : Won 800 = 0,27 BM

Bangkok : BTH 20 = 0,32 BM

Paris : Euro 1,3 = 0,42 BM

New York : $US 1 = 0,29 BM

London : Euro 4,7 = 1,53 BM

Jakarta : Rp 5000 = 0,31 BM

Wah ternyata Jakarta tarif Public Transportnya masih bukan yang paling murah.
Jadi kalau kita naik bus Transjakarta dari Blok M ke Kota untuk sekali jalan, kita bisa membayangkan untuk mengunyah 0,31 potong Big Mac (ini bisa karena Big Mac nya yang kemahalan, atau Tarif nya kemurahan).

Selasa, 01 Januari 2008

Ah.. Tahun Baruan terjadi di mana mana.

Tentu saja lha memang sedang saatnya.
Yang sulit (buat saya) dimengerti adalah penandaan makna dari perayaannya :
Ada yang bersyukur dan merayakan keberhasilan tahun 2007, ada yang introspeksi atas kejadian tahun lalu, ada yang berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan tahun depan, ada yang mencari untung dari perayaan tersebut.
Menurut saya bahwa bersyukur, introspeksi diri, dan berdoa meminta keselamatan kepada Sang Maha Pencipta seharusnya ya dilakukan di setiap hembusan nafas manusia yang masih hidup. Yang jelas pergantian tahun membawa konsekwensi berubahnya data diri karena usia kita bertambah, kita tidak tahu mau dipanggil Illahi kapan, besok atau bahkan 50 tahun lagi, bersiaplah..


Nah kalau merayakannya ada yang di Sydney Harbour seperti gambar. Ada keistimewaan pada acara di Sydney tahun ini, karena mereka menggunakan thema Go Green (peduli lingkungan ; seperti dpt dilihat
disini).



Sedangkan saya sendiri hanya sempat mengabadikan sekilas pada detik perubahan waktu tersebut di Jalan Tol (Gerbang Tol Pondok Ranji). Sepertinya ada acara rutin oleh pengelola jalan tol tersebut membagikan souvenir kepada pemakai jalan yang tepat melewati pergantian tahun di Gerbang Tol.


Ada hal yang baik pada malam pergantian tahun di Jakarta dari sisi transportasi. Mobil pribadi saya lihat berisi rata rata lebih dari 3 penumpang (occupancy levelnya bagus), dan masyarakat di himbau (atau terpaksa ya..) menggunakan kendaraan umum ke tempat keramaian.Coba kalau kondisi ini terjadi cukup lama ; penduduk banyak yang keluar kota, kendaraan pribadi berpenumpang lebih dari 3, kendaraan umum menjadi sangat diutamakan, pasti Jakarta terasa lebih plong (lihat posting saya yang lalu tentang we need forest).

Anyway, this morning everyone's getting older... and Jakarta is getting very wet (rain..and rain)