Sabtu, 21 Juni 2008

Porong – Gempol

Awalnya seperti hal kecil saja, ada semburan gas, uap, air dan Lumpur panas.
Siapa yang nggak pernah dengar Lumpur Panas Lapindo, letaknya di desa Renokenongo, Kabupaten Sidoarjo. Lokasi tersebut berjarak mungkin sekitar 500 meter dari ruas jalan tol Surabaya Gempol lebih kurang di km 38.
Siapa sangka hal yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 sampai sekarang belum berhenti.





Sudah banyak alasan mengenai penderitaan masyarakat, baik yang langsung maupun tidak langsung terkena dampak ”mud vulcano” ini. Saya kehilangan tiga rekan saya ketika terjadi ledakan akibat patahnya pipa gas yang terhampar di lokasi tersebut pada tanggal 22 November 2006.


Hal yang masih mengganjal salah satunya adalah ; berapa besarkah probabilitas bahwa semburan ini akan berhenti dalam kurun waktu tidak lama ?
Pertanyaan ini terkait sekali dengan penanganan/pengelolaan risiko dari segenap program program penanggulangan musibah ini.

Sebagai contoh adalah program relokasi prasarana perhubungan/transportasi seperti; jalur KA, arteri tol/bukan tol, khususnya di ruas antara Porong – Gempol.
Rencana alignment jalan tol, sepertinya sudah ada alternatif terpilihnya. Namun terakhir ini kita mendengar pula berita tentang adanya titik titik semburan baru yang jaraknya cukup dekat dengan alternatif alignment yang terpilih tadi.
Apa ada jaminan analisis yang cukup untuk menetapkan alternative alignment tersebut “aman” dari kemungkinan gempuran semburan Lumpur?, say, for the next 5 years, 10 years, or more ?

Padahal perkerjaan relokasi jalan tol tersebut sepertinya diserahkan kepada investor (Badan Usaha). Apakah investornya tesebut kira kira mau untuk membangun/berinvestasi ?, dengan risiko seperti ini (membenamkan milyaran rupiah kedalam lumpur) apakah tidak sebaiknya dilakukan oleh pemerintah saja ?.
Kalaupun misalnya risiko tersebut akan di asuransikan, apakah ada perusahaan asuransi yang mau ya ?

Tidak ada komentar: