Rabu, 27 Januari 2010

Prof Emil

Sekilas terbaca berita pelantikan Wantimpres yang baru, diantaranya terdapat Bapak Emil Salim.
Teringat beberapa waktu yang lalu sempat bertemu dengan beliau pada suatu acara di kantor, Prof. Emil sebagai pembicara dalam suatu topik mengenai pengembangan jalan di Indonesia.
Beliau bicara cukup panjang dengan membuka wawasan secara kritis mengenai beberapa kekurangan yang kita miliki dalam menetapkan strategical policies pengembangan transportasi di negara ini.

Beliau yang sangat dikenal selain sebagai ekonom adalah juga sebagai pegiat dan pengamat pelestarian lingkungan hidup. Pemikiran perlunya perpindahan dari teknosentris menjadi ekosentris atau dari ‘Values centered on technology’ menjadi ‘values centered on Nature’ menjadi sangat relevan pada kondisi saat ini (meskipun pertemuan mengenai Global Warming di Denmark dianggap gagal mencapai kesepakatan.. he he.).
Hal yang menarik untuk saya (dan ini tentunya nyata terjadi di sini), bahwa pengembangan transportasi kita sangat ‘car focused’, artinya hanya berfokus pada mobil atau pengguna jalan raya , dan ini harus diubah menjadi bagaimana menyediakan suatu ‘transportation services’ suatu penyediaan sistem transportasi yang memadai ‘not just thinking about built another road’.
Dengan begitu ‘spatial planning’ menjadi lebih diutamakan.Pemilihan moda transportasi yang efektif tentu dilakukan dengan baik sehingga kefektifan pengembangan transportasi dapat lebih tercapai.

Prof Emil juga mengatakan bahwa 1 hektar tanah di Jawa yang produktif ini akan sebanding dengan 4 atau bahkan 6 hektar tanah di luar Jawa, jadi pola pikirnya tidak sesederhana bahwa tanah di daerah produktif digantikan dengan sejumlah uang saja atau digantikan dengan sejumlah pepohonan ( atau istilah ekstrimnya ‘penghutanan’) disekitar jalan yang dibangun di Jawa, it’s more than that.
Bicara mengenai alternatif moda transportasi ?.. wah ini tentunya akan menyangkut policy yang berdampak sistemik pada bisnis sarana transportasi.
Produsen mobil dan motor yang sekarang merajai jalan raya tentunya punya sejarah kepentingan yang panjang untuk menjadi pressure group dalam pemilihan moda transportasi di negeri ini.
Lantas setelah jadi Wantimpres (lagi) dalam periode pemerintahan yang sekarang, apakah beliau punya kontribusi untuk perubahan..?

Tidak ada komentar: