Rabu, 27 Januari 2010

Identitas Indonesia

Saya bukan tukang insinyur dibidang Arsitektur, tetapi kalau kita lihat bangunan dan produk disain konstruksi lainnya yang dapat disebut sebagai Ikon Negara/Bangsa di sini, banyak yang tidak mencerminkan identitas ke Indonesiaan.
Kita sadar bahwa dari Sabang sampai Merauke begitu beragamnya simbol simbol budaya yang terlihat dari bangunan tradisional kita. Memang mungkin menjadi agak sulit untuk mencari suatu bentuk yang dapat mewakili Ke-Indonesiaan didalam mendisain bangunan, khususnya bangunan yang dijadikan Ikon Negara/Bangsa.
Coba kita perhatikan Istana Merdeka di Jakarta, saya yang awam ini tidak dapat menemukan unsur Ke-Indonesiaan disitu, kesannya adalah tipikal ‘Colonial”, mempunyai ruangan yang besar, tinggi dan sepertinya “dingin” dan kaku, pantasnya dihiasi dengan lukisan lukisan yang besar, berkarpet tebal dan berlampu kristal, bergordyn tinggi dan tebal (seperti rumah Bangsawan Eropa pada umumnya ), lantas dimana unsur Indonesianya ?. Coba kalau dikasih ornamen yang berbau etnik tradisional, rasa rasanya sih nggak akan pantes kalau nggak mau dibilang dipaksakan.

Saya sih tidak menyalahkan keberadaan ‘istana’nya sebagai bangunan yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi, tetapi kenapa kita tidak mempunyai Istana atau tempat tinggal resmi Kepala Negara atau apapun nama dan fungsinya yang berkaitan dengan simbol negara atau pemerintahan yang mempunyai nilai KeIndonesiaan?
Coba kita tengok Masjid Istiqlal yang besar dan anggun, saya tidak merasakan sentuhan KeIndonesiaan disitu, sama juga dengan gedung wakil rakyat yang menurut saya malah bentuk cangkang dari atapnya sangat tidak sesuai dengan kondisi iklim Indonesia pada umumnya, (yang memerlukan kesan terbuka karena iklim tropis).

Ayo siapa berani membuat sayembara disain “Istana” yang mempunyai Thema Ke-Indonesiaan?.

3 komentar:

adelaidean mengatakan...

djok, sebenarnya kita tidak hanya perlu desain ulang istana negara yg mencerminkan keindonesiaan, tapi mgkin sekaligus desain komprehensif ibukota negara baru. menurutku, jakarta sudah sumpek dan tidak pantas lagi menjadi ibukota negara. meskipun proklamasi dilakukan di jakarta, tapi 'status'-nya sama dgn istana, peninggalan kolonial. ayo, siapa berani mengusulkan ibukota negara yg baru? ... he3x

Mind Transportation mengatakan...

Dulu pernah diusulkan untuk merencanakan ibukota di Jonggol (jaman P. Harto), mungkin seperti Canberra yang didesin menjadi ibukota. Tetapi ide Jonggol lebih kepada pemisahan pusat kegiatan dengan dari pusat pemerintahan (juga unsur "proyek Gede" nya itu lho)

adelaidean mengatakan...

yup ... tapi kalo cuman ke jonggol mah ga ada dampak yg cukup signifikan utk pengembangan wilayah dan ekonomi indonesia yg masih sebegitu luas. mengapa kita tidak pernah berpikir ibukota negara di luar pulau jawa? tapi tentu harus diikuti juga dgn perubahan pola pikir dan praksis dari sentralistik ke desentralistik dan otonom. tampaknya rencana jonggol dulu masih dalam kerangka berpikir dan pendekatan 'pusat kekuasaan'.

aku pernah dengar cerita ttg canberra, yg sebenarnya kompromi antara sydney dan melbourne.