Kamis, 15 Januari 2009

Pre-paid smart-card

Setahun yang lalu saya pernah membuat posting mengenai Smart-Card disini, dan sekarang (sebenarnya mulai tanggal 3 Januari 2009) mulai diberlakukan (baca “diujilapangankan”) e-Toll Card alias Kartu Prabayar untuk membayar transaksi di gardu Tol.

Bagaimana menggunakannya ?, bagaimana mendapatkannya ?, apa saja manfaatnya ?, menjadi pertanyaan kita semua. Tapi jawabnya cukup sulit dicari, atau memang mungkin “sosialisasi” dan marketingnya masih kurang dilakukan oleh operator. Memang sih syarat dan ketentuan berlakunya dikeluarkan Bank, tapi toh tetap menurut saya operator punya hajat juga untuk menyampaikannya secara massive dengan program yang terukur kepada pelanggan tercintanya, apalagi menurut yang saya baca dari media diharapkan bahwa 30 – 40% pengguna akan memakai kartu ini di 5 tahun kedepan.
Nah kebetulan dari tangan pertama saya sempat melihat bentuk kartunya. Coba bandingkan dengan kartu prabayar versi saya.







Yang ini versi saya.. duluuu



Ini ada rekaman pada saat menjelang transaksi di Gerbang Tol, di atas Gerbang Tol tertulis Transaksi E-Toll Card tapi sepertinya disetiap Gardu akan bisa mentransaksikan E-Toll Card



Direkaman ini dapat dilihat cara bertransaksi dengan petugas Tol, sebetulnya sama saja dengan cara transaksi cash yang sekarang, hanya saja uangnya sudah diganti dengan kartu smart E-Toll.Coba dihitung berapa detik bedanya ?


Jumat, 09 Januari 2009

Jam 06.30 tepat

Bila ingin tahu arti waktu 1 tahun,
Tanyakan kepada pelajar yang tidak naik kelas

Bila ingin tahu arti waktu 9 bulan,
Tanyakan pada seorang Ibu yang baru melahirkan

Bila ingin tahu arti waktu 1 menit,
Tanyakan pada orang yang tertinggal penerbangan SQ terakhir

Bila ingin tahu arti waktu 0,1 detik
Tanyakan pada Felippe Massa di Sirkuit Brasil 2008

Tapi bila……. ingin tahu arti waktu 30 menit,
Tanyakan pada pejabat Pemda DKI Jakarta yang mengubah jam masuk sekolah di Jakarta….

Saya sebagai salah satu waktu warga DKI agak kurang mafhum dengan hitung hitungan penanggulangan kemacetan dengan cara tersebut. Mungkin karena memang belum pernah disosialisasikan mengenai metodologi analisisnya, atau karena saya kurang menyimak penjelasan para pemangku policy Ibukota ini.

Menurut saya beberapa alternatif solusi penanggulangan kemacetan yang pernah dimulai dapat diteruskan dengan konsisten. Pernah dalam beberapa posting terdahulu saya mengutarakan bahwa telah banyak dilakukan kajian, analisis, dan tahapan perencanaan lainnya hasil dari berbagai ahli/konsultan yang berkaitan dengan sistem transportasi perkotaan khususnya Jakarta. Intinya pertama adalah traffic demand management dan keduanya adalah reliable dan desirable public transport di kota ini. Coba kita perhatikan perencanaan yang tidak sempurna dan pelaksanaan yang kurang konsisten ;
> Lajur Busway (high occupancy vehicle lane) adalah ide yang lumayan, tapi pelaksanaannya jauh dari sempurna, contohnya; jalannya (busway) sudah jadi (dengan pengorbanan luar biasa dari publik) tapi armada bisnya masih kurang atau bahkan di beberapa koridor belum ada armadanya/ belum dioperasikan.

> Jalur monorel juga proyeknya mangkrak, apalagi subway pasti lebih berat lagi
> Malah ada rencana untuk memasivekan proyek jalan raya (ada 6 jalan tol baru..?), yang dulu mungkin diharapkan massive developmentnya untuk railway transportation (public transport)

Kembali ke masalah pemajuan jam masuk sekolah, ingin sekali kita mengetahui profil pengguna jalan untuk kepentingan pergi pulang sekolah.
Dari seluruh anak yang bersekolah, berapa persen yang menggunakan kendaraan bermotor.

Dari yang menggunakan kendaraan bermotor, berapa persen yang menggunakan kendaraan mobil pribadi .

Dari yang menggunakan mobil pribadi, berapa persen yang tidak bareng dengan orang tuanya pada waktu berangkat dari rumah (mobil yang berbeda dengan mobil orang tuanya yang pergi kekantor)

Hal tersebut di atas akan berarti dalam melihat apakah ada perubahan jumlah trip (perjalanan), dan kemudian apakah pengurangan kemacetan cukup sensitif dengan perubahan 30 menit tersebut. Jangan jangan perubahan yang cukup berarti baru terjadi kalau masuk sekolahnya jam 5 pagi !!!

Jam kerja kantor swasta mau diubah menurut wilayahnya?? Bagaimana mengontrolnya ?, juga bagaimana analisis hitungannya ?. Saya ingat waktu pertama kali diberlakukannya 3 in 1 di Sudirman Thamrin, dengan mudah dan tidak terduga langsung tidak optimal gara gara munculnya Joki

Coba dulu deh benahi public transport dengan fokus dan telaten. Mungkin biayanya investasinya memang besar, tapi benefitnya layak diperhitungkan


Selasa, 06 Januari 2009

Spiderman hates Jakarta ?

Bukan karena di Jakarta sudah ada Gatotkaca dan Wiro Sableng, tapi karena tugas kepahlawanannya mempunyai kendala. Jakarta gedung tingginya masih kurang banyak dan kurang padat, jadi dia tidak bisa berayun ayun antar gedung padahal dia nggak bisa terbang. Dipusat kotanya saja yang terkenal sebagai Bundaran HI seperti foto dibawah ini, gedung tingginya masih kurang rapat. Selain itu juga kalau di Jakarta dia bisa Sal-Tum alias Salah Kostum, panas dan pengap, kalau menggunakan kostum spidermannya , yo sumuuuk rek.


Tapi sebenarnya yang lebih bikin dia nggak betah adalah kebanyakan kejahatan besar yang ada di Jakarta adalah Kejahatan Kerah Putih, justru Kejahatan Kerah Putih (KKP) ini yang dia kurang pengalaman. Disini konon kerugian akibat KKP bisa mengakibatkan kerugian negara tujuh turunan.Spiderman biasanya membasmi kejahatan yang banyak menggunakan kekerasan fisik, maklum dia juga sekolahnya tidak terlalu tinggi dan dia bukan orang kaya seperti Batman. So kalau mau jadi super hero di sini, harus mampu dan berani melawan KKP, maka spiderman kalau mau ke Jakarta harus Sekolah dulu dan ganti kostum yang nggak ketat seluruh tubuh ...

Are You Modern ?

Modern oleh banyak orang sering diartikan segala sesuatu yang berciri ke kinian, serba up to date. Sedangkan lawan katanya adalah tradisional, kuno atau kelembaman (mungkin looh.. saya Cuma kira kira saja).
Lebih baik mana, Modern atau Tradisional (kuno) ?, jawabannya bisa relatif, tapi kalau pertanyaannya lebih baru mana, ya sudah pasti lebih baru Modern.
Modern sangat didukung oleh tingkat budaya (hasil olah pikir manusia), Hardware (H), Software (S) yang dirumuskan melalui Brainware (B).
Tapi apakah H S B saja cukup untuk menjadikan kita Modern ?, ternyata menurut saya masih belum. Dasar utama untuk menjadi “Modern yang baik” adalah Perilaku (Attitude) dari manusianya.

H,S dan B bisa dibeli kalau kita kaya, tapi Attitude (A) tidak bisa , A harus ditempa, dibentuk dan dipelihara dengan upaya yang cukup.

Saya nggak ingin menyebutkan contoh, tapi lihat saja dari sejarah perjalanan hidup manusia ; banyak tingkat budaya yang sangat maju telah dicapai oleh suatu bangsa (kaum) tetapi sekarang sudah hilang musnah.
Dan juga kebalikannya contoh adanya suatu bangsa yang dulu belum maju ( belum modern) pada jamannya tetapi sekarang menjadi termaju di dunia.
Rahasianya adalah bagaimana menempa, membentuk dan memelihara Attitude (A).

Modern bisa digabung dengan tradisional ?

Bisa saja, Modern diambil kasat matanya dan fungsionalitinya, Tradisional diambil spiritnya, valuenya.

Ada cerita, waktu itu saya sempat ikut gerak jalan di suatu hari Minggu di Jakarta.
Ingat nama Sarinah......?, nama yang diberikan oleh Bung Karno untuk wanita Indonesia yang berjuang untuk bangsanya.
Nama itu terasa sangat ‘mewakili ke-Indonesiaan kita”, yang terbayang tentunya wanita Indonesia berkonde yang meskipun memakai kain, tetap gesit dan cerdas dalam beraktifitas.
Tapi itu duluuu...., sekarang visualisasinya seperti pada foto di halte Bus Transjakarta gedung Sarinah jalan Thamrin. Wanita Indonesia menjadi Cosmo Girl, Born to Lead.. Nggak apa, yang penting spiritnya value tradisionalnya tetap bernama SARINAH.

OK deh, dengan sepenggal lagu Halo Halo Bandung... kita nyanyikan“..Mari Bung Kita Modern”




Jumat, 02 Januari 2009

Are you alone ?

Ini bukan Iklan untuk menawarkan pendamping (escort) yang banyak terdapat di media barat. Saya coba berceloteh tentang adab manusia sebagai mahluk sosial. We definitely are not alone in this world.

Tapi coba kita lihat di hampir dua dekade terakhir ini, teknologi telah mengubah banyak hal tentang adab manusia secara sosial. Perkembangan ICT (information & Communication Technology) telah kita menjadi mahluk yang “mobile and self sustained”. Kontak sosial telah semakin pudar, sekarang sering dijadikan topik dalam ceramah agama mengenai pentingnya ber silaturakhim dalam “kehangatan yang face to face” .... weleh apalagi ini ( wah tapi pakai internet kan juga bisa ada web-cam nya lhoo ?).

Dalam kehidupan sekarang, kita sering lebih terwakili sebagai no hp kita, nomor apartemen kita, alamat blog kita, NPWP kita,.. dst semakin banyak lagi. Ruang sosial yang nyata semakin kurang mewakili kebutuhan kita, akan lahir komunitas dan jejaring sosial maya. Kebayang nggak kalau perayaan tujuh belasan dilakukan melalui on-line Game atau rapat RT bisa pakai tele-meeting dari rumah saja.

Hal ini tentu tidak selalu berarti buruk, hanya saja kalau ini lahir “terlalu dini” di masyarakat kita yang sangat besar jurang perbedaannya akan lahir kendala sosial baru yang akan muncul.
Selain itu juga apabila hal ini di support oleh kepentingan pemilik teknologi sebagai vendor akan menjadi bentuk neo kolonialisme dengan bentuk jajahan/paksaan teknologi

Kembali ke topik We are not alone, kita boleh saja sangat fully equiped dengan peralatan ICT namun kalau menggunakan ya jangan sampai mengganggu orang lain (nelpon seenaknya di ruang publik tertentu atau waktu sedang rapat) atau bahkan membahayakan orang lain (misalnya nelpon membaca SMS, ngeblog sambil nyetir mobil), kita masih punya batasan untuk menghormati eksistensi pribadi lain.Nah untuk itu pada suatu ketika saya sempat memperhatikan di sebuah restoran terkenal di Kolkata India, namanya Restoran Peter Cat, yang dimejanya terlihat pengumuman “Thank you for switching off your cellular phone as a courtesy to other customers”.


Nggak tau deh ini karena orang India kalau nelpon suaranya keras atau karena mereka sangat menghargai kepentingan orang lain, tapi yang jelas hal hal seperti ini bisa lebih menjaga adab sosial dan akan lebih menghangatkan suasana silaturakhim yang “nyata dan face to face” seperti saya sebutkan di atas.

Ketik REG SPASI GUNDULMU

Entah kebodohan apa lagi yang ditawarkan kepada kita akhir akhir ini. Coba perhatikan iklan di berbagai media.

Ketik REG ANU dan kirim SMS anda ke xx78,..... maka kita akan dapat kebodohan 1, penipuan 2, pemiskinan 3 dst.
Ada tiga hal dari fenomena yang terjadi tersebut ; ini ciri dari masyarakat kita yang bodoh, masyarakat yang terlalu senang hal yang serba instant atau justru masyarakat yang kreatif.
Pakar bisnis pasti bilang ini ilmunya orang dari divisi Perencana Produk (yang mempunyai motto ‘how to dig your customer’s purse deeper and deeper..’).
Betapa nelongsonya kalau kita lihat tipuan hadiah atas jawaban benar melalui SMS sebuah pertanyaan yang sangat konyol, atau mengenai “jalan hidup” kita yang bisa diketahui oleh ahli nujum yang bahkan mungkin sama sekali tidak membaca SMS yang dikirimkan.
Pada saatnya nanti pasti akan ada content provider yang menyediakan semua paket tentang macam macam kebutuhan masyarakat kita didalam satu menu yang lengkap.

Menurut saya ini ciri masyarakat yang ‘sakit’ dan keimanannya dipertanyakan. Lantas ada pertanyaan ; apa ini perlu dilarang/diatur ?, atau masyarakatnya yang disadarkan ?

Mau tau jawabannya ?; ... KETIK REG GUNDULMU dan kirim ke nomor saya.... wah malah ketularan.