Jumat, 09 Januari 2009

Jam 06.30 tepat

Bila ingin tahu arti waktu 1 tahun,
Tanyakan kepada pelajar yang tidak naik kelas

Bila ingin tahu arti waktu 9 bulan,
Tanyakan pada seorang Ibu yang baru melahirkan

Bila ingin tahu arti waktu 1 menit,
Tanyakan pada orang yang tertinggal penerbangan SQ terakhir

Bila ingin tahu arti waktu 0,1 detik
Tanyakan pada Felippe Massa di Sirkuit Brasil 2008

Tapi bila……. ingin tahu arti waktu 30 menit,
Tanyakan pada pejabat Pemda DKI Jakarta yang mengubah jam masuk sekolah di Jakarta….

Saya sebagai salah satu waktu warga DKI agak kurang mafhum dengan hitung hitungan penanggulangan kemacetan dengan cara tersebut. Mungkin karena memang belum pernah disosialisasikan mengenai metodologi analisisnya, atau karena saya kurang menyimak penjelasan para pemangku policy Ibukota ini.

Menurut saya beberapa alternatif solusi penanggulangan kemacetan yang pernah dimulai dapat diteruskan dengan konsisten. Pernah dalam beberapa posting terdahulu saya mengutarakan bahwa telah banyak dilakukan kajian, analisis, dan tahapan perencanaan lainnya hasil dari berbagai ahli/konsultan yang berkaitan dengan sistem transportasi perkotaan khususnya Jakarta. Intinya pertama adalah traffic demand management dan keduanya adalah reliable dan desirable public transport di kota ini. Coba kita perhatikan perencanaan yang tidak sempurna dan pelaksanaan yang kurang konsisten ;
> Lajur Busway (high occupancy vehicle lane) adalah ide yang lumayan, tapi pelaksanaannya jauh dari sempurna, contohnya; jalannya (busway) sudah jadi (dengan pengorbanan luar biasa dari publik) tapi armada bisnya masih kurang atau bahkan di beberapa koridor belum ada armadanya/ belum dioperasikan.

> Jalur monorel juga proyeknya mangkrak, apalagi subway pasti lebih berat lagi
> Malah ada rencana untuk memasivekan proyek jalan raya (ada 6 jalan tol baru..?), yang dulu mungkin diharapkan massive developmentnya untuk railway transportation (public transport)

Kembali ke masalah pemajuan jam masuk sekolah, ingin sekali kita mengetahui profil pengguna jalan untuk kepentingan pergi pulang sekolah.
Dari seluruh anak yang bersekolah, berapa persen yang menggunakan kendaraan bermotor.

Dari yang menggunakan kendaraan bermotor, berapa persen yang menggunakan kendaraan mobil pribadi .

Dari yang menggunakan mobil pribadi, berapa persen yang tidak bareng dengan orang tuanya pada waktu berangkat dari rumah (mobil yang berbeda dengan mobil orang tuanya yang pergi kekantor)

Hal tersebut di atas akan berarti dalam melihat apakah ada perubahan jumlah trip (perjalanan), dan kemudian apakah pengurangan kemacetan cukup sensitif dengan perubahan 30 menit tersebut. Jangan jangan perubahan yang cukup berarti baru terjadi kalau masuk sekolahnya jam 5 pagi !!!

Jam kerja kantor swasta mau diubah menurut wilayahnya?? Bagaimana mengontrolnya ?, juga bagaimana analisis hitungannya ?. Saya ingat waktu pertama kali diberlakukannya 3 in 1 di Sudirman Thamrin, dengan mudah dan tidak terduga langsung tidak optimal gara gara munculnya Joki

Coba dulu deh benahi public transport dengan fokus dan telaten. Mungkin biayanya investasinya memang besar, tapi benefitnya layak diperhitungkan


4 komentar:

Nurantoro mengatakan...

Kalau masalah ruwetnya transportasi di Jakarta susah ngomentarinnya. Lidahku jadi ikut macet.
Tampaknya penduduk DKI sudah menerima kondisi ini. Sering dengar di radio pagi-pagi, kalau ada orang mengeluhkan kemacetan lalu lintas langsung diejek oleh si penyiar : "Loe kaya baru aje di jakarte!!"

Mind Transportation mengatakan...

Yaa tetep aja perlu seseorang atau grup orang yang teriak teriak nggak puas, itulah arti kontrol ... wah balik lagi neeh, hidup adalah pengendalian..he..he

Anonim mengatakan...

Kalau ingin tau arti 2 jam 30 tanyakan pada saya, itu adalah waktu terbaik marathon saya 42,195 km, jadi kalo kerja di jakarta saya bisa lari dan bebas dari macet

Mind Transportation mengatakan...

Runner, berarti kecepatannya 16,8 km/jam. Wah ini sama dengan kecepatan di tol dalam kota jam 9.30 pagi