Kamis, 16 April 2009

Cah Workshop ke Queensland (1)

Wah jarang terjadi, Cah Workshop melancong ke Negeri kanguru, tepatnya ke Brisbane, Queensland. Kebetulan Paguyuban Audit Internal Australia (IIA Australia) mengadakan Konferensi tahunan se Asia Pacific di akhir Maret 2009. Thema yang diusung tahun ini Internal Audit : Trusted and Valued in challenging times.

Memang “being Trusted” dan “having Valued” menjadi sangat berat di masa sulit (Global Financial Crisis) ini. Level dari “Reliable Assurance” yang seperti apa yang diperlukan oleh kita setelah melihat berjatuhannya Perusahaan besar dan perbankan di dunia di dua tahun terakhir ini. Demikian kira kira seruan dari Konferensi ini.

…INTERNAL AUDITORS, …YOU GOTTA LOVE ‘EM… kata Key Note Speaker nya

Saya tidak ingin bahas masalah Krisis Global tersebut. Dipostingan kali ini dengan sedapat mungkin untuk tidak “Narsis” saya cuma ingin share menampilkan beberapa catatan Cah workshop yang ndeso di negeri orang yang sudah modern.

Acara yang disusun oleh Panitia (dari Jakarta) sangat padat, selain Konferensi kami juga mengikuti panel diskusi (yaah semacam bench marking nya para anggota DPR atau anggota KPU kalau lagi pergi keluar negeri gitu laaah).
Venue acara dilaksanakan di South Bank , Brisbane Convention and Exhibition Center selama 4 hari penuh.
Sudah pernahkan anda berada disuatu ruangan bersama 600 an orang yang mostly berpredikat AUDITOR dari 12 Negara?. Naaah itu yang saya alami.

…INTERNAL AUDITORS, …YOU GOTTA LOVE ‘EM… demikian Jargon dari penyelenggara yang di ulang ulang terus (memang biasanya Internal Auditor kagak disenengin yaa? ).

Topik pembahasan sangat beragam, dari mulai masalah sub prime mortgage, global warming, Risk Management, ICT, sampai ke efektifitas Lie detector. Pokoknya macem macem deh (ya namanya juga suka sukanya auditor Australia aja).

Topik posting ini gak kearah per auditan tapi ke cerita keseharian di Brisbane yang berpenduduk paling banter 3 jutaan sebagai kota ketiga terbesar di Aussie setelah Sydney dan Melbourne.

South Bank, Brisbane;
Wilayah South Bank memang menjadi tempat rekreasi kota Brisbane, disitulah tersedia fasilitas Sosial Budaya bagi penghuni kota.Letaknya hanya berada diseberang (sungai ) dari CBD nya. Beberapa catatan saya tentang kota ini ;

Street Beach :
Brisbane dibelah oleh Brisbane River. Meskipun tidak ada pantainya, namun di wilayah South Bank mereka menyediakan pantai imitasi di tepian sungainya yang mereka namakan “Street Beach”



Brisbane River.. dan Ferry :
Ferrry di Brisbane River selain jadi sarana wisata juga digunakan sebagai moda transportasi ( tapi orang Brisbane yang naik ini … pasti iseng banget yaa)



Parkir dan Toll :
Emang enak parkir di perkotaan tuh liat aja tarifnya 15 AUSD
Kalau jembatan tolnya punya 5 jenis golongan kendaraan (paling murah tarifnya 1,3 AUSD untuk sepeda motor dan 2,9 AUSD untuk sedan ).
Tapi mereka punya beberapa ragam cara pembayaran tol.







Makanan :
Maklum, karena Cah Workshop adalah wong ndeso gak ketemu nasi agak susyah juga …. lihat aja model makanannya.







Eeh sekali ada nasi modelnya kayak gini (gak jelas), nasi yang nyaris mateng di beri wijen dan ayam pake tusukan, dikasih saus mangga..??


Binari dan Pemilu


Dalam kurun waktu 5 tahun kita yang tinggal di Jakarta, paling tidak kita ikut 3 kali Pemilihan ; Pil Gub, Pil Leg, dan Pil Pres.
Pada saat ituah orang bilang, kita “Memberikan Suara” kita didalam Pemilu.
Nah saya kok agak sependapat dengan apa yang dikatakan Gunawan Muhammad di Catatan Pinggirnya TEMPO ;”.. setelah kita mencontreng (atau mencoblos..jaman sebelumnya), maka saat itu pulalah kita mengubah diri kita menjadi satu “1” satuan numerik..” demikian katanya.



Memang sejak saat itu Keterwakilan kita dalam berpikir, ber’suara’ mengemukakan pendapat, dan bertindak berubah menjadi satu satuan numerik untuk memilih orang atau Partai tertentu yang nota bene tidak terlalu kita kenal baik secara kasat ataupun secara emosional dengan mendalam (kecuali kalau memang dia itu saudara/teman/tetangga kita), begitu juga dengan Partai (yang kantornya saja sibuknya cuma kalau mau Pemilu).
Bukankah ini ambiguiti ya ? katanya kita memberikan suara tapi kok malah berubah menjadi numerik.. he he. Mendingan posting di Blog kan ? bebas berpikir dan “bersuara” mengemukakan pendapat yang norak sekalipun.

Nah demikian pula sebaliknya, kalau gak ikutan memilukan diri berarti kita berubah jadi Nihil alias “0” secara legal kita menjadi tiada, baik yang disengaja atau yang tidak terdaftar di DPT yang diributkan itu.

Jadi ya begitu, dalam sekejap 171 juta orang Indonesia yang punya hak suara menjadi deretan bilangan Binari.. 1 dan 0 .. dan sekaligus saat itu juga kita “kehilangan” suara kita yang asli untuk diwakilkan ke pada seseorang atau sesuatu yang (rata-rata) tidak kita kenal betul.

Ngomong ngomong mengenai bilangan Binari saya jadi ingat cara kerja komputer ( menggunakan bahasa Binari ). Kalau saja Bill Gates si Raja Komputer dan Raja uang itu kita sewa untuk membantu kita jadi anggota KPU, pasti deh masalah kerumitan kerja yang sekarang muncul seperti administrasi DPT atau komunikasi data untuk tabulasi, tidak akan terjadi.

Atau mungkin dia malah berkata :” aneh ya … hardware dan software yang umum dipakai didunia kok kalau dipakai di sini jadi Lemoooot..? karena iklim atau orangnya ya ?”

Kamis, 09 April 2009

Are You men..Contreng ?

Sempat dibahas di Metro TV tadi malam bahwa Indeks Pengembangan Masyarakat (Human Development Index) untuk Indonesia berada di posisi ke 107, dibawah Vietnam dan Palestina di urutan 105 dan 106. … sangat mengharukan. Lantas kemana saja pengurus bangsa ini, baik yang formal maupun yang non formal ?
Hari ini bangsa ini akan menjadi pelaku sejarah dari suatu proses pemilihan keterwakilan rakyat dalam suatu lembaga terhormat, yang tentu saja mempunyai tanggung jawab dan kewenangan untuk menjadi pengurus bangsa yang besar ini.

Apakah keterwakilan kita masih tersisa dan terasa disana ?, makin tingginya angka KTM (Kelompok Tidak Memilih) dapat dijadikan indikator hal tersebut. Dibanyak kesempatan himbauan untuk tidak menjadi KTM menjadi lebih digalakkan, ini tentu sangat positif dalam rangka menjaga legitimasi hasil Pemilihan serta menghindari kemubaziran biaya yang telah dikeluarkan.
Tapi gimana yaaa. Ini masalah trust juga sih pada akhirnya. Coba saja simak bagaimana Acara Akbar ini dipersiapkan; dari masalah distribusi logistik yang keteteran, akuntabilitas masalah DPT dan masalah pengawasan yang rentan pelanggaran. Lantas juga dari sisi pesertanya, ada Calon yang ketangkap tangan sedang melakukan tindakan yang nggak pantas. Boro boro kenal calonnya, Partai nya saja kita terkadang nggak tahu platformnya, terus mau gabung (koalisi) sama yang mana juga belum tahu.
Kira kira pantas saja kan KTM makin tinggi dan menyanyikan ; “ Jangan ada KITA diantara DUSTA” ..(eh terbalik ya syairnya..).

Naaah.. barangkali kalau Pemilunya memilih tanda gambar seperti yang ini, mungkin KTM bisa dikurangi. I wish… bisa seperti ini kenyataannya.
Selamat memilukan diri saudara saudara sekalian….