Kamis, 28 Mei 2009

Fans Club ‘Rasaonal’

Konon di negara Endonesah sedang diadakan Pemilihan untuk memilih kepala negara dan kepala pemerintahan.
Beberapa Calon telah ditetapkan untuk dapat dipilih. Penetapan calon di Endonesah juga menggunakan kriteria minimal yang diperoleh dari banyaknya suara pendukung calon tersebut melalui partai partai.
Sayangnya di negara tersebut peran partai ditengah masyarakat hampir tidak ada alias nyaris nihil, namun kebetulan rakyat nya sangat ‘tahu diri’ (kalau gak mau disebut bodoh), manutan saja dan tentu saja ini juga terbentuk dari kurangnya pendidikan yang dimiliki, yang juga disebabkan oleh miskinnya masyarakat disamping biaya pendidikan yang mahal.
Pemilihan juga dilaksanakan dengan cara pemilihan langsung orang yang bersangkutan, one man/woman one vote.

Dan dinegara yang sebagian besar penduduknya menyukai acara sinetron dan gossip ini menetapkan pilihan pimpinan mereka lebih banyak dengan “rasa”onal dan bukan dengan rasional.
“Rasa” nya si A lebih cakep dari si B, “Rasa” nya si C lebih tidak bermasalah ketimbang si D dan seterusnya.
Atau pokoknya si E deh, tanpa penjelasan spesifik kenapa dia lebih suka calon tersebut (bukankah ini juga menyangkut masalah emotion atau ‘rasa’ ).

Yaa, betul sekali... seperti di Indonesian Idol, atau acara ajang penelusuran kemampuan seseorang melalui polling SMS. “Rasa”onal akan lebih berarti daripada rasional.
Contohnya kalau ada kontestan yang ‘sepertinya’ terdzalimi akan mendapat suara tambahan dari publik

Lho lantas platform Partai pengusung calon, dan program kerja sang calon ikut dijadikan referensi nggak sama masyarakat Endonesah ?
Sepertinya sih nggak terlalu dipentingkan, soalnya ya begitu lah, dengan kondisi ‘rasa’onal tadi yang terpenting adalah pencitraan didepan rakyat.

Laah kerjaan partai disana gimana dong ?
Ini yang membingungkan, soalnya masyarakat sana juga tidak pernah merasakan ada kerja nyata dari partai partai tersebut.
Menurut mereka definisi Partai adalah sekumpulan orang berseragam yang mengelola Fans Club (dari orang yang dijagokan tentunya), yang kegiatannya hanya sibuk setiap 5 tahun sekali, untuk membentuk pencitraan tertentu sebagai jalan pemenangan.

Yaaah seperti layaknya seorang penyanyi atau club sepak bola, apapun yang dilakukan oleh penyanyi atau club sepak bola tersebut akan selalu dianggap baik dan benar oleh para Fans nya. Suasana inilah yang dipelihara terus oleh “pengelola” Fans Club (eh... Partai) tersebut.


Itu semua di Endonesah loh..

3 komentar:

Anonim mengatakan...

ya...itulah Indonesiaku ukuranya bukan pada think sehingga kalau mau menjual sesuatu pandai-pandilah membungkusnya...singkong ketika dibungkus dengan nama ke belanda-belandaan harganya jadi mahal padahal kalau "dikiloin" cuma 150 rupiah dan yang beli juga punya rasa gengsi...kita yang sudah sadar duluan wajib memberi tahu...kalo nggak berdosa kali yach...

China Car Service mengatakan...

Nice blog post, Good work keep it continue....
Transportation China provides everything needed for a worry-free business trip to China, from car service to travel tips.

Mind Transportation mengatakan...

Sdr Anonymus : he he he.. apik tenan komen nya