Senin, 09 Februari 2009

Tidak Mencalonkan Diri

Saya mengundurkan diri dari Pencalonan Kepala Kampung tahun ini. Tadinya saya pikir akan menjadi prioritas penting untuk menjadi ‘orang penting’ di Kampung ini, seperti kata banyak orang bahwa hidup ini harus bermanfaat bagi masyarakat dan saya rasa itu menjadi motivasi besar dan cukup menjadi alasan untuk mencalonkan diri.

Tapi itu adalah beberapa waktu yang lalu.
Setelah melihat kenyataan bahwa virus democrazy menjadi tidak terkenali lagi didalam kehidupan sosial dan politik Kampung saya, nggak jelas lagi makna dan tujuannya, penuh intrik, licik dan mungkin klenik (yang jelas berbiaya selangit, silahkan disurvey beberapa banyak uang bertebaran didalam acara pemilihan).
Terlebih setelah disadarkan bahwa bangsa ini memang di ’stereotype’ kan sebagai bangsa yang senang main “trabas”, menginginkan segala sesuatunya secara instan (ini menurut Pak Koentjorojakti yang antropolog). Politik kekerasan sudah banyak jejak rekamnya, budaya keroyokan sudah menjadi pelajaran ekskul di sekolah sekolah; pukul memukul di Perguruan Tinggi, dilapangan olahraga bahkan diruang wakil rakyat yang terhormat.

Karena alasan itu semua, “…dengan ini saya nyatakan .. mengundurkan diri dari pencalonan Kepala Kampung”.

Selanjutnya saya mau bertafakur dan berdoa agar bangsa ini mendapat pelajaran yang terbaik dari apa yang dinamakan Demokrasi, dan semoga tidak banyak korban nyawa, korban harta dan korban kewarasan dalam menjalankannya.

Saya juga berharap agar masyarakat menyadari bahwa pilar tegaknya demokrasi antara lain adalah tingginya moral attitude bangsa ini serta level pendidikan yang cukup bagi masyarakatnya.


(Gilee, Ge Er banget emang siapa juga yang mau milih gue….?)